Jumat, 30 November 2007

Manusia Modern

Manusia Modern

Menurut seorang pakar psikologi yang juga penulis buku "Virtual Addiction," David Greenfield, masyarakat di abad modern ini sudah semakin terbiasa mengalami kondisi depresi disebabkan "kelebihan" sumber informasi.

Tapi, menurutnya, manusia juga punya batas-batas tertentu dalam menghadapi semua hal itu. Tentu saja bila teknologi informasi bisa digunakan sesuai fungsinya, kualitas hidup mereka akan semakin meningkat, terutama dalam hal belajar dan berpikir.

Seorang pakar komunikasi dari Universitas Illinois di Chicago, Steve Jones, mengatakan bahwa semua kemudahan akses informasi tersebut bisa membuat orang-orang menjadi lebih "pintar." Meski harus mengorbankan banyak waktu untuk mencari informasi, mereka juga akan mendapatkan banyak hal yang berharga dari internet.

Tapi menurut Steve. semua itu juga ada bahayanya, Karena sifatnya instan, orang-orang lalu cenderung menerima informasi "apa adanya" dan menganggap apa yang mereka temukan saat itu adalah sumber informasi yang terbaik, sehingga mereka malas untuk mencari atau membandingkan dengan sumber informasi lainnya.

Bahkan, informasi yang melimpah itu seringkali membuat orang kelabakan, karena rasa penasaran untuk mengikuti semua perkembangan yang terjadi saat ini, hingga membuat mereka "kekenyangan" informasi. Paling tidak begitulah pendapat Jennifer Kayahara, seorang peneliti dan pakar sosiologi dari Universitas Toronto.

Meski Del.icio.us, Flickr dan beberapa fasilitas online lainnya semakin memudahkan orang untuk mengelompokkan informasi, namun keputusan dalam memilih informasi yang benar-benar tepat dan sesuai kebutuhan tetap bergantung pada "kebijakan" masing-masing individu pengguna internet.

Itu artinya, dibutuhkan keterampilan yang semakin canggih dalam mencari sekaligus mengevaluasi semua informasi yang didapatkan secara online. Intinya kita harus bisa memanfaatkan informasi secara proporsional, bukan malah diperbudak informasi.

Karena bagaimanapun juga, manusia modern bukanlah manusia yang mengetahui semua hal, melainkan manusia yang memiliki "pengetahuan" dan "pemahaman" yang cukup tentang lingkungan dimana mereka berada. Tanpa kedua hal itu, kita cuma bisa membebek dan membeo di tengah derasnya arus informasi.

Menurut Hans Jonas sebagaimana digambarkannya dalam buku The Imperative Responsibility: In Search of an Ethics for the Technological Age (1984: London), ada dua argumen mendasar mendasari keterkaitan teknologi dengan eksistensi manusia. Argumen pertama adalah posisi sentral manusia. Berbeda dengan Abad Pertengahan, di era modern eksistensi manusia menjadi pusat (antroposentris). Konsep bahwa manusia adalah subjek bagi dirinya sendiri diajarkan sebagai pandangan universal. Konsekuensi pemahaman itu ialah bahwa manusia menjadi penguasa atas dirinya dan alam semesta.

Paradigma antroposentris di atas menjadi pendorong bagi manusia modern untuk melakukan perubahan dalam segala aspek kehidupannya. Perubahan itu tidak saja berkaitan dengan paradigma berpikir, melainkan juga bersangkut-paut dengan pola hidup keseharian. Argumen kedua adalah kemajuan. Kemajuan merupakan ideologi manusia modern. Karena ideologi itu, manusia modern selalu berusaha untuk melawan status quo. Status quo dipandang sebagai musuh yang paling berbahaya karena menghambat kemajuan itu sendiri.

Dalam rangka mewujudkan kemajuan, teknologi memiliki peran penting. Jonas bahkan lebih jauh memperlihatkan bahwa teknologi sendiri merupakan simbol kemajuan yang paling dominan di era modern. Simbol-simbol itu terungkap dalam sarana-sarana yang digunakan. Ia bahkan melihat teknologi telah pula meningkatkan produktivitas yang sangat tinggi dalam bidang ekonomi global. Bagi konsumen teknologi telah membawa mimpi-mimpi baru, yakni mimpi untuk menikmati kehidupan yang lebih menyenangkan.

Salah satu ciri manusia modern adalah menginginkan segala sesuatu, kesenangan dan kebahagiaan tanpa harus bekerja secara aktif dan produktif, termasuk melakukan teror untuk menopang kepentingan ekonomi dan politik kekuasaan. Manusia modern hanya pandai melakukan inovasi-inovasi sains dan teknologi tetapi tidak pandai memelihara alam semesta secara bertanggung jawab.

Dengan demikian, mainstream ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjanjikan kedamaian dan kesejahteraan dengan terpenuhinya kebutuhan biologis yang serba modern sulit dibuktikan, bahkan hanya menyisakan derita yang amat dalam bagi kehidupan ini.

Citra utama manusia modern adalah sepenuhnya rasional, memandang rendah hal-hal yang sifatnya "pinggiran" seperti fiksi. Industri hiburan yang nilainya milyaran dolar sangat bertumpu pada dongeng itu. Jutaan orang di seluruh dunia berbondong-bondong mengunjungi gedung teater untuk menyimak dongeng-dongeng. Selama ini, kita sudah mengenal sejumlah dongeng Hollywood yang sudah melegenda: Super Man, Batman, dan Spider Man.

Memang peran dongeng dalam masyarakat modern tidak lagi sepenting seperti dalam masyarakat pra-modern. Dongeng, dalam masyarakat modern, mungkin dipandang hanya sebagai "hiburan" yang sifatnya kurang serius, kurang penting, sekurang-kurangnya jika dibandingkan dengan sain atau teknologi. Tetapi, dalam kenyataannya, manusia modern tetap membutuhkan dongeng. Pada akhirnya, dongeng adalah sesuatu yang "indespensable", tak bisa diabaikan. Kenapa dongeng dan kisah penting, saya kira bisa diterangkan dengan pelbagai penjelasan. Kisah dan dongeng memberikan kepada kita suatu "prototipe" tentang dunia ideal yang kita angankan. Manusia selalu hidup dalam tegangan antara dunia rill dan dunia yang seharusnya, antara ide dan kenyataan. Dunia riil, biasanya, tidak seindah dunia "seharusnya". Dongeng memberikan contoh bagaimana dua dunia itu harus dikelola dalam konteks naratif yang seolah-olah nyata.

Karena itu mungkin tidak salah Lewis Munford dalam bukunya Tecnics and Civilization menilai, peristiwa yang menimpa manusia modern tidak lepas dari perilaku-perilaku yang diperlihatkannya. Karena peradaban manusia modern tidak lagi mengikuti nilai-nilai intrinsik seperti sikap baik terhadap sesamanya, berperilaku adil terhadap sesamanya, dengan Tuhannya dan dengan alamnya.

Apa yang dipertontonkan manusia modern adalah kesombongan diri dan keangkuhan di hadapan Sang Pencipta. Dalam bukunya yang lain, Erich Fromm bahkan secara sinis menunjukkan bagaimana perilaku manusia modern dalam konteks keagamaan. Dalam You shall be as God (1978), ia menyatakan secara jelas bahwa manusia modern memiliki kecenderungan untuk menjadi tuhan-tuhan baru.

Ia menganggap dirinya mahatahu, mahakuasa, dan mahasegalanya. Justru karena sikap demikian ia tidak peduli lagi kehidupan sesamanya, serta kehidupan spiritualnya. Barangkali potret ini pulalah yang menghantui masyarakat kita secara umum dan elite politik kita secara khusus. Erich Fromm (1900-1980) menegaskan, keberlangsungan manusia, baik secara fisik maupun sebagai spesies, tergantung dari perubahan radikal hati manusia.

Transformasi hati hanya ada jika terjadi mutasi secara drastis di bidang ekonomi dan sosial, yang memberi ruang harapan bagi manusia untuk berubah (Fromm, Avere o Essere, 1977: 24). Perubahan itu jauh lebih radikal dari hanya sekadar solidaritas dengan orang miskin. Menghadapi masyarakat yang sakit, menurut Fromm, dituntut perubahan hati yang mensyaratkan dua hal. Pertama, agar pemimpin bangsa menciptakan transformasi sosial-ekonomis yang memungkinkan rakyat miskin dihargai martabatnya. Kedua, tuntutan mengubah tingkah laku manusia di hadapan dunia alam semesta.

KH Ali Yafie mengatakan bahwa sepanjang abad ke-20 dan ke-21 ini, manusia sangat bangga disebut modern. Menurut dia, definisi manusia modern adalah manusia yang mempunyai kualitas intelektual yang memadai, karena telah menempuh pendidikan yang memadai pula. Salah satu ciri yang kental dalam diri manusia modern adalah suka membaca. Hal ini sejalan dengan syariat Islam, di mana syariat pertamanya adalah membaca. Namun, terkadang kualitas intelektual tersebut tidak dibarengi dengan kualitas iman atau emosional yang baik, sehingga berkah yang diharapkan setiap manusia dalam hidupnya tidak dapat diperoleh.

Komaruddin Hidayat memaparkan beberapa ciri manusia modern yang terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu beragama dan tidak beragama. Ciri-ciri tersebut adalah rasional, mengandalkan kekuatan pribadi, selalu penuh dengan rencana, dan kompetitif. Namun, ia memberi penekanan bahwa manusia modern dalam Islam tidak boleh melupakan matahati dalam melihat segala sesuatu. Hal ini membutuhkan kecerdasan spiritual, lanjutnya, sehingga hati dan nalar akan dapat bekerja sama.

Salah satu persoalan serius yang menimpa manusia modern kontemporer adalah alienasi dan reifikasi. Gejala tersebut terjadi akibat dari cara pandang yang dualistik-atomisitik-mekanisitik-materialistik. Sebagai misal, subjek-objek, fakta-nilai, manusia-alam, manusia-Tuhan, “aku”-”yang lain”, borjuis-proletar, sakral-profan, suci-sekular, timur-barat, maju-terbelakang, pria-wanita.

Alienasi adalah keadaan mental manusia yang ditandai oleh perasaan keterasingan terhadap segala hal atau sesuatu; sesama manusia, alam, lingkungan, tuhan, bahkan terasing terhadap dirinya sendiri. Hal ini terkait dengan gejala reifikasi atau pembendaan (obyektifikasi). Adalah keadaan mental manusia modern menghayati dirinya sendiri sebagai benda, objek. Segala sesuatu pada akhirnya dilihat sebagai benda. Dunia reifikasi adalah dunia keterasingan. Praktik-praktik, untuk tidak menyebut semua, konsumerisme, kecemasan mendalam, hedonisme pada kehidupan manusia modern sejatinya merupakan pelarian dari bentuk-bentuk alienasi dan reifikasi.

Orang akan menemukan eksistensi dirinya ketika berbelanja, sebab ia sedang mengobyektisasikan dirinya terhadap imaji-imaji yang ditawarkan oleh iklan. Karenanya bisa dimengerti ketika seseorang tidak berbelanja—dalam konteks pemenuhan kebutuhan yang tidak dbutuhkannya—ia merasa terasing dalam hidup, terasing terhadap di luar dirinya, bahkan terasing terhadap drinya.

Alienasi dan reifikasi tidak hanya berkutat pada persoalan tersebut. Persoalan gender, gerakan pembebasan, semangat sains, keberagamaan, kehidupan bersosial, bekerja, peradaban, dan hal oposisi biner lainnya, sesungguhnya, secara filosofis setidaknya, merupakan implikasi dari gejala alienasi dan reifikasi.

Pembendaan atau menjadikan segala sesuatu sebagai objek dalam tataran gender mengakibatkan pria memandang wanita sebagai hal yang berbeda terhadap gendernya, sebaliknya. Pria diasumsikan harus begitu, sedang wanita diasumsikan harus begini. Hal ini dikarenakan pandangan dualistik. Pria melihat wanita sebagai objek, dan pada saat yang sama pria pun memandang dirinya sebagai objek. Begitu juga dengan wanita, melihat pria sebagai objek, di saat yang sama ia melihat dirinya sebagai objek. Inilah yang mengakibatkan bias gender, baik itu patriarkalistik maupun matriarkalistik. Pandangan ini erat kaitannya dengan gejala alienasi dan reifikasi.

Begitu juga dengan soal Kiri dengan Kanan, Tuhan dengan manusia, nilai dengan fakta, dan sebagainya. Ketika manusia melihat sesuatu di luar dirinya sebagai objek melulu, tanpa ada keterkaitan sebagai pengalaman hidupnya, problem alienasi dan reifikasi tidak akan terselesaikan. Dan sulit untuk menjawab persoalan-persoalan yang yang muncul, katakanlah problem ekologis, kekerasan, dehumanisasi, kemiskinan, kriminalitas, individualistik, dll. Persoalan ini bukanlah tanpa sebab atau jatuh begitu saja dari langit. Persoalan-persoalan atau krisis-krisis tersebut terkait erat dengan pandangan-dunia yang mendominasi kehidupan manusia modern, yaitu dualistik. Manusia modern tidak mampu memahami realitas secara integral atau holisitik melainkan dengan keterpilahan dan keterpisahan.

Krisis ekologis, untuk tidak membahas satu per satu, merupakan cara pandang manusia melihat alam atau lingkungan sebagai objek belaka, yang tidak terkait erat dengan pengalaman hidupnya. Alam diperlakukan sebagai entitas tidak bernyawa dan bermakna serta berkesadaran. Alam telah diputus dari jaringan kehidupan, yang dimana manusia terlibat di dalamnya. Alam dieksploitasi tanpa memedulikan dampaknya terhadap kehidupan. Sebab manusia, sebagai pengamat, melihat alam tidak terkait dengan jaringan kehidupan. Alam dilihat dengan cara rasio-instrumental, yang menitikberatkan keuntungan atau kuantitas melulu. Sejatinya teknologi(sme) yang dikembangkan berdasarkan praasumsi demikian. Bencana lumpur panas Lapindo disebabkan cara pandang tersebut.

Begitu juga dengan persoalan perdebatan klasik antara teori dengan praktik. Selama cara pandang melihat persoalan tersebut bersifat dualistik, sama sekali pun tidak akan pernah mencapai titik temu. Kalangan teoritis yang melihat ranah praktis adalah hal lain, sebaliknya kalangan praktis melihat ranah teoritis lain hal, sesungguhnya implikasi dari pandangan dualistik. Yang melihat segala sesuatu terpisah sama sekali, dan pada akhirnya sebagai objek melulu. Kulminasinya berujung bahwa segala sesuatu adalah objek, pengalaman yang dilihatnya dipandang tidak terkait dengan pengalaman dirinya, hingga dirinya pun dipandang sebagai objek: alienasi dan reifikasi.

True Courage

Why am always feeling down?

Why always so afraid?

Why…why didn’t I give it hope?

What is it your afraid of?

I know…its ok you can say I m afraid of

In the same way…

I give up hope

I just can hope

Can give my all much longer

Your not alone so just hang on

You must try to be stronger

U can over turn around

U can turn you live around

That’s the meaning of true courage

So please remember

Don’t you ever give up trying

Be courage keep on striving

Fly to the stars

You can help hope for tomorrow

So lets hold hand with one another

We can step one step further

Dreams can come true

Find the step your dream alive

From: Rapsody

True Courage

Why am always feeling down?

Why always so afraid?

Why…why didn’t I give it hope?

What is it your afraid of?

I know…its ok you can say I m afraid of

In the same way…

I give up hope

I just can hope

Can give my all much longer

Your not alone so just hang on

You must try to be stronger

U can over turn around

U can turn you live around

That’s the meaning of true courage

So please remember

Don’t you ever give up trying

Be courage keep on striving

Fly to the stars

You can help hope for tomorrow

So lets hold hand with one another

We can step one step further

Dreams can come true

Find the step your dream alive

From: Rapsody

Wartawan Masa Kini

Wartawan Masa Kini

Apabila kita perhatikan wartawan saat ini terutama wartawan yang ada di tayangan acara selebritis. sudah banyak sekali yang melanggar kode etik. Contoh realnya adalah wartawan tersebut seringkali mengganggu privasi artis, dan tidak jarang pula mengambil kesimpulan sendiri, misalnya saat artis tersebut sedang dekat dengan seorang pria sehinga timbulah gossip yang belum tentu benar.

Untuk meminta penjelasan dari artis tersebut pun terkadang sampai dikejar-kejar, tidak jarang juga artis tersebut sampai marah. Contohnya saja kasus Parto (ngelaba) yang saking kesalnya dikejar-kejar oleh pers hingga meledakan pistolnya ke atas hanya untuk menakuti wartawan

Dari kasus tersebut seharusnya wartawan dapat lebih mengerti apa yang boleh dan yang tidak. Karena memang seorang wartawan mempunyai kebebasan, tetapi kebebasan tersebut sebaiknya juga diimbangi dengan beritanya, jangan sampai berita tersebut salah dan bahkan menimbulkan banyak kesalah pahaman.

Seperti yang tertera di kode erik jurnalistik yang terbaru pada pasal 1 tertera “wartawan Indonesia bersikap independent, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad baik” maksud dari independent ini adalah memberikan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

Bukan hanya dari berita-berita yang disiarkan di tv-tv saja, banyak juga wartawan yang terkadang lupa untuk mensensor berita, seperti misalnya foto-foto pembunuhan, pada media tertentu ada yang sama sekali tidak di sensor sehingga munculah gambar-gambar yang sadis, seperti kepala remuk, mayat bekas penganiyayaan dan sebagainya.

Padahal dalam kode etik juga disebutkan, terutama pada pasal 4 yaitu “wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul”. Didalam pasal tersebut tertera kata sadis dari kata tersebut seharusnya kita sudah tahu bahwa ada pelarangan untuk menampilkan gambar-gambar yang kejam dan tidak mengenal belas kasihan.

Tidak jarang juga wartawan ada yang sengaja disuap oleh artis untuk memberitakan hal yang tidak benar atau membuat gossip agar artis yang tadinya sudah tidak ngetop menjadi ngetop lagi karena gossip tersebut.

Dalam Koran lampu merah, terutama banyak sekali terlihat penyimpangan-penyimpangan yang berkaitan dengan kode etik jurnalistik. Seperti yang sudah saya jelaskan, penyimpangan itu bukan hanya terlihat dari gambarnya yang menyeramkan atau sadis tetapi juga terlihat dari judulnya, cerita-ceritanya dan masih banyak lagi. Menurut saya koran semacam itu seharusnya dijual dengan harga yang mahal, karena isinya pun tidak pantas untuk dibaca sembarang orang.

Seperti halnya majalah playboy yang banyak menimbulkan konflik pada saat ini. Majalah tersebut dinilai tidak bagus bagi bangsa kita karena isinya vulgar, meskipun begitu menurut saya majalah tersebut masih lebih baik bila dibandingkan dengan koran seperti halnya Lampu Merah.

Harganya yang murah dan banyak dijual di emperan membuat orang mudah untuk membelinya, padahal jika dilihat dari isinya lebih parah dibandingkan majalah playboy. Bukan hanya pornografi yang ditampilkan oleh Koran tersebut tetapi juga dapat dilihat dari sadisnya gambar dan judul yang ada.

Dan kebanyakan masyarakat yang membeli Koran tersebut adalah dari masyarakat dari golongan bawah. Menurut saya adanya Koran yang seperti itu, bukannya membuat masyarakat takut untuk melakukannya, malah bisa menjadi penasaran ingin melakukan.

Misalnya saja ada orang yang sangat membutuhkan uang dan sedang berpikir untuk mendapatkan uang tersebut, pada suatu saat orang tersebut membaca koran itu, bukannya takut, ia malah mendapatkan ide sehingga ia mencopet atau menjambret, bahkan sampai membunuh.

Berita-berita yang ada di televise pun yang menyangkut kekerasan sebaiknya jangan ditampilkan pada siang hari atau ketika anak-anak ada dirumah karena bagi anak kecil yang belum dapat mengerti, mereka akan salah menafsirkannya dan malah akan timbul keinginan untuk mencoba.

Kasus yang terjadi di Trans Tv mengenai baso tikus misalnya adalah salah satu pelanggaran kode etik jurnalistik yaitu Trans tv tidak menyebutkan dengan jelas dimana tempat penjualan baso tikus tersebut sehingga menimbulkan banyak protes dari tukang baso yang berjualan di sepanjang jalan tenpat trans tv meliput.

Sebenarnya layak atau tidak layak sebuah berita ditampilkan tergantung dari penonton atau pembacanya sendiri. Tetapi seharusnya juga wartawan dapat memilih mana yang baik dan tidak bagi pembaca atau pemirsa. Apa yang diberitakan dapat mempengaruhi banyak orang, sehingga berita tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan jangan sampai malah menimbulkan kesalahpahaman.

Bagi wartawan infotimen khususnya, seharusnya lebih dapat menyadari pentingnya privasi, karena kalau saya lihat di banyak televise swasta acara-acara tentang selebritis banyak yang sudah sangat mengganggu.

Contohnya saja ketika Mayasari sedang hamil, wartawan langsung seperti mengintrogasi Mayasari seputar kehamilannya, memaksa agar Mayasari memberi tahu siapa ayah bayi tersebut, bahkan sampai tinggal di depan rumaj Mayasari. Menurut saya hal itu sama sekali bertentangan dengan kode etik jurnalistik yang pernah saya baca karena hal itu terdapat dalam pasal 9 dalam kode etik yang berbunyi “wartaean Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya kecuali untuk kepentingan public”.

Dari sana kita dapat melihat bahwa jelas-jelas tertulis bahwa seorang wartawan seharuanya menghormati narasumber tentang kehidupan pribadinya, dan jika narasumber tidak mau menjawab sebaiknya sebagai wartawan tidak perlu memaksa kepada narasumbernnya, karena apabila di paksa bisa saja narasumber tersebut malah takut dan tidak mau berbicara sama sekali.

dua judul

Two Island

Separate we are between 2 islands…

That is…

Our future unknown…

And very black…

But still I wonder…

Why we still continue with this?...

Is it because we like being missed?...

From Adib

Thanks ya Adib

Kamu ga bikin judul si so aku bikin judul sendiri deh…

Hope u read it hehe…

Confused But Happy

Kadang-kadang aku juga berfikir sama denganmu…

Aku ga tahu juga kenapa aku masih melanjutkannya….

Tapi yang harus kamu tau…

Aku suka melakukannya…

Aku pernah bilang...

Apa pun nama pangillanmu untukku aku tetap suka…

Tapi tetap harus positif…

Kalu kamu ga ada…

Sepi…

Benar-benar sepi…

Kira-kira kenapa ya????

Ada kah yang dapat mengatakan ada apa denganku?????

Sentra Kerajinan Alat Musik Tradisional Di Jatinangor

Sentra Kerajinan Alat Musik Tradisional Di Jatinangor

Kawasan Jatinangor Kab Sumedang, ternyata memiliki banyak kerajinan tangan. Kerajinan tangan tersebut berupa patung dan alat musik. Patung dan alat musik tersebut umumnya berasal dari berbagai suku baik dari dalam maupun luar negeri.

Paramonik adalah salah satu contoh dari toko yang menjual patung dan alat musik. Ia tidak hanya menjual, mereka bahkan memproduksinya sendiri. Di Paramanik, alat musik Sunda justru tidak diproduksi. “sudah banyak yang memiliki toko kerajinan Sunda, kalau saya buat yang seperti itu lagi, maka keuntungannya akan berkurang” ungkap Asep Dodi K, pemilik Paramonik, saat diwawancarai di tokonya, (10/3)

Ide dari pembuatan benda seni ini, biasanya tergantung dari pesanan konsumen. Alat musik yang dijual disini adalah Jimbe dari Afrika, Tifa (Asmat), Digario (Aborigin). Di Jatinangor sendiri Digario biasa disebut dengan Lidu-lidu.

Banyaknya karyawan yang bekerja disana adalah 12 orang. “karyawan yang saya ambil, biasanya berasal dari daerah di dekat Paramonik juga, umumnya malah masih tetangga dengan saya” ujar pria berumur 37 tahun ini. Asep mempelajari pembuatan benda seni ini dengan melihat cara pembuatannya sejak ia kecil. Mereka juga sering mengadakan pameran di Bandung dan di Jakarta. Contoh saja saat mereka menggelar pentas kesenian, terutama digario pada (8/3) kamis lalu, di kampus Fakultas Komunikasi, Universitas Padjadjaran.

Nama Paramonik sendiri ternyata tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Mereka hanya mengetahui bahwa ada tempat produksi. Barang-barang hasil produksinya banyak yang sudah diekspor ke luar negeri. “setiap satu minggu, biasanya selalu ada pelanggan yang datang, entah mau memesan lagi, ataupun mengambil barang yang sudah jadi”. Kata Asep.

Sama halnya dengan Paramonik, Cax-cax yang didirikan oleh Dian Sofyan juga menjual banyak benda kesenian, terutama alat musik. Tetapi tidak seperti Paramonik, bahan yang didapat oleh Cax-cax umumnya adalah barang setengah jadi yang ia dapatkan dari Jawa Timur. Menurut Dian, ia sendiri sudah jarang sekali mengikuti pameran-pameran, karena masyarakat yang menyukai karya seni biasanya sudah banyak yang tahu mengenai tokonya. “ya, buat apa saya ikut pameran, toh hasil produksi saya sudah banyak yang tahu, lagipula kalau mereka datang ke Jatinangor, kan bisa langsung mampir ke toko saya, karena letak toko saya pasti terlihat oleh mereka” kata Dian, saat di temui di tokonya, (10/3)

Lain halnya dengan kedua toko diatas, Balatrax, selain memikirkan unsur komersil, juga tetap melihat pada budayanya sendiri. Menurut Herman, pemilik Balatrax, “semua kekayaan seni tetap harus dilestarikan”. Herman sendiri menjelaskan, kebanyakan konsumennya lebih banyak yang memilih patung dibandingkan alat musik. “ada juga yang memesan alat musik tapi tetap lebih banyak yang memesan patung” kata pria yang pernah tingga di Bali selama 15 tahun ini.

Tidak jauh berbeda dengan Paramatik, toko ini juga adalah usaha keluarga, ia sudah berdiri dari tahun 1992. Setiap satu minggu pun toko ini banyak dikunjungi oleh turis asing dan turis lokal. Ia juga membuka toko lain di Bali yang bernama Geura Bali. Toko tersebut saat ini dikelola oleh keponakannya. Nama Balatrax sendiri Herman peroleh akibat, sewaktu zaman Belanda tokonya sangat laris di pesan, sehingga ia harus sering berlari kesana kemari, sehingga disebut Balatrax yang artinya berantakan atau tidak teratur.

Perjalananku ke Perpustakaan Nasional

Perjalananku ke Perpustakaan Nasional

Perjalanan ini sebenarnya selain untuk refreshing bagi kami, para jurnalis muda, tetapi juga sekaligus untuk dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh para dosen kami. Untuk pergi kesana, kami menyewa 3 bus, karena angkatan kami terdiri dari 3 kelas (gak penting ya?)

Rencananya sih kami akan berkumpul di lapangan pada pukul lima pagi. Hari itu juga saya bersama teman saya yang bernama Ajeng sudah bersiap-siap sejak pukul setengah lima pagi, tetapi saat saya dan Ajeng sampai di sana ternyata anak-anak yang lain belum datang, hanya ada beberapa anak dan dosen kami saja.

Namun lamanya menunggu tidak membuat kami jadi malas untuk berangkat ke Perpusnas, karena kalau gak berangkat gimana caranya bisa ngerjain tugas coba? Ok finely sekitar pukul setengah tujuh. Lingga, ketua bus 3 menyuruh kami masuk ke dalam bus (padahal saat itu aku sedang asyik makan bubur ayam loh hmm…)

Perpusnas ternyata berada di jalan Salemba Raya no 28 A, setelah sampai disana kami langsung di sambut oleh bapak Agus Puspoyo, kehumasan Perpusnas, bapak Fadly, informasi perpustakaan, dan bapak Yoyo, bagian pusat perpusnas.

Perpustakaan tersebut terdiri dari 9 lantai, aku lupa bagian pertamannya Cuma yang aku ingat adalah lantai 3B sebagai layanan pustaka baru, lantai 4B koleksi layanan audio visual (seni, budaya daerah), lantai 5B layanan manuskrip kuno (lantai ini yang paling menarik, sayang ga sempet kesini…), 5C layanan mengenai koleksi buku langka, 7B mengenai majalah terjilid, 8C isinya adalah surat kabar langka.

Dalam perpus ini apabila ingin membaca, katalognya masih memakai media manual karena banyaknya buku atau sumber yang ada. Sistem yang dipakai adalah system tertutup, sehingga apabila ingin membaca buku biasanya kita menuliskan di kertas buku apa yang ingin dibaca lalu pegawai yang berjaga lah yang mengambilkan buku itu.

Menurut bapak Agus Puspoyo, bapak Fadly, , dan bapak Yoyo, system terbukasudah ada di Merdeka Selatan. Sehingga pembaca dapay mengambil bukunya sendiri. Sayangnya perpusnas tidak mengcopy paste buku-bukunya ke perpustakaan lain karena kurangnya dana yang diberikan oleh DPR. Menurut salah seorang petugasnya seharusnya Pemda juga harus dapat inisiatif untuk mengcopy mengenai sumber-sumber daerahnya.

Apabila ada saran yang ingin diberikan kita bisa kok menyampaikannya langsung atau mengirim email ke www.grgi.go.id. Anggaran yang diberikan untuk menambah koleksi buku ini adalah sekitar tujuh milyar. Perpusnas juga bekerja sama dengan perum perpustakaan Universitas Negeri

Ada cerita yang lucu saat aku datang mengunjungi prepusnas. Saat itu matahari sudah berada di puncaknya. Jadi panas sekali. Aku keluar dulu sama Ajeng untuk makan siang. Makan siang kami ditaruh di dalam bus. Tadinya aku mau bertanya dulu sama Friska sebelum turun tentang beberapa pertanyan yang tidak aku dan Wina mengerti, tapi karena sms ku gak dibalas-balas sama dia, akhirnya aku nekat turun aja.

Sesampainya di bus kami, ternyata Friska, Galuh, sama Gita udah ada disana dan sedang menikmati makan siangnya. Setelah aku datang banyak juga teman-teman kami yang menyusul untuk makan siang. Setelah makan siang aku naik lagi ke atas dan membantu Wina menyelesaikan tugas kami.

Setelah kami selesai dengan tugas kami turun lagi sambil menemani Wina makan siang. Karena sudah makan akhirnya aku iseng-iseng memotret gedung perpusnas, dan jalan raya (saat itu ada Friska)

Saat sedang asyik memotret dari luar bus, tiba-tiba aku melihat ada sekelompok anak SMU yang berlarian ke arah bus sambil membawa-bawa batu. Aku pikir mereka gak akan kea rah bus. Ternyata mereka semua malah datang kea rah bus, karena takut aku dan Wina yang sambil membawa-bawa nasi bungkusnya keluar dari bus dan masuk ke dalam pagar perpusnas yang langsung di tutup oleh satpam perpusnas.

Karena saking takutnya kami melupakan Friska setelah anak-anak itu lewat aku dan Wina langsung berlari kea rah Friska, ketika melihat kami ia langsung berteriak-teriak kalu kami jahat karena meninggalkannya sendiri di dalam bus. Bukannya prihatin aku sama Wina malah tertawa terbahak-bahak,

Habisnya gimana ga ketawa coba, alasannya saat itu kenapa tidak kabur dari bus adalah karena ia takut barang-barangnya hilang, karena HP dan Dompetnya masih tergeletak berantakan di kursi. (saat menulis cerita ini juga aku sambil tertawa loh hahaha… cobalah kalian bayangkan…)

Seteah kerusuhan itu datanglah teman-teman kami ke bus. Termasuk salah satu dosen. Sayangnya karena takut oleh anak-anak SMU itu aku kurang mendapatkan foto-foto yang bagus. Setelah semua anak berkumpul kami pun pulang ke Bandung.

nih foto anak tauranannya

Mereka Bilang Aku Gila

Mereka Bilang Aku Gila

Buku ini sesuai dengan namanya merupakan kisah nyata dari seorang pria yang mengidap penyakit Skizofrenia.penyakit Skizofrenia adalah penyakit jiwa yang ditandai oleh penolakan terhadap realitas, berkhayal (delsi), halusinasi, dan hancurnya keperibadian. Ciri-ciri lainnya mencakup bentuk-bentuk kegilaan dan merasa berkuasa, tetapi daya pikir tidak berkurang.

Pada awalnya Ken Steele adalah anak yang normal, hingga pada usia 14 tahun, ia mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri. Suara itu menyerukan suara-suara seperti ”bunuh dirimu, bakar dirimu,...” yang bernada negatif.

Saat ia mengetahui bahwa ia mengidap penyakit tersebut ia merasa takut dan menganggap dirinya gila. Orang tuanya yang mulai merasa ada keanehan pada dirinya, lalu mulai membawanya ke dokter. Dokter di menyuruh orang tua Ken agar Ken dibawa ke psikiater. Tetapi orang tuanya sama sekali tidak mau membawa Ken ke psikiater karena mereka tidak mau menerima bahwa anaknya mempunyai kelainan jiwa.

Tapi suara-suara itu terus mengganggu Ken sehingga Ken tidak tahan lagi dan sering berbicara sendirian. Walaupun begitu orang tuanya tetaptidak mau menbawanya ke psikiater. Bahkan membiarkan saja anaknya yang kebingungan tersebut.

Ken tidak tahan akan suara-suara yang menyuruhnya melakukan bunuh diri hingga akhirnya ia mengadu ke neneknya. Neneknya lalu berkata pada Ken bahwa suara-suara itu adalah suara iblis. Perkataan neneknya semakin membuat Ken takut saja, hingga akhrnya ia pergi juga ke sebuah gereja dan mengadu pada tuhan. Lalu pada suatu saat timbul keinginannya untuk mengadu dosa pada pastur. Ia datang ke tempat pengakuan dosa.

Setelah berbicara pada pastur tersebut, pastur tersebut lalu memintanya menunggu di tempat pengakuan dosa. Setelah menunggu beberapa lama, datanglah polisi dan pihak dari rumah sakit. Ken lalu diikat dan akhirnya dimasukan untuk pertama kalinya ke rumah sakit juwa. Namun ia tidak lama berada disana karena setelah orang tuanya dihubungi, ayah Ken langsung menjemput anaknya dan melarang pihak rumah sakit memberikan obat. Dan Ken pun pulang. Setelah usianya mengijak umur 18 tahun ia lalu pergi ke New York

Di New York ia bertemu dengan orang yang bernama Ted. Saat itu Ken sedang sangat membutuhkan pekerjaan. Akhirnya Ted menawarkan pekerjaan sebagai pelacur pria. Ahirnya karena Ken saat itu sedang membutuhkan pekerjaan menerima pekerjaan tersebut.

Ken lalu dibawa oleh Ted ke temannya yang bernama Nick. Ia lalu diizinkan tinggal bersama Ted tetapi dengan syarat Ken tidak boleh menolak seandainya Ted dan Nick meminta bagiannya. Dan Ken pun bekerja sebagai pelacur pria.

Namun kendala mulai muncul tatkala Nick meminta bagiannya karena Nick orangnya gemuk dan sama sekali tidak sedap dipandang, sehingga Ken pun merasa jijik untuk melayaninya. Ia pun kabur saay harus melayani Nick dan menjadi gelandangan untuk beberapa saat. Setelah itu ia ditemukan oleh seseorang dan dimasukan ke rumah sakit jiwa lagi. Disana ia diberi obat-obatan. Pertama kali disana ia masih bingung sehingga selalu memberontak apabila orang menyuruhnya melakukan sesuatu. Namun setelah beberapa lama akhirnya ia mengerti bahwa pekerja rumah sakit akan semakin baik apabila ia diam saja. Obat-obatannya pun semakin dikurangi, sampai pada suatu kali Ken akhirnya diperbolehkan mengambil pekerjaan di dalam rumah sakit jiwa tersebut. Dan akhirnya ia pun dipindahkan ke rumah sakit yang lain.

Tetapi sayangnya di rumah sakit tersebut lebih buruk dibandingkan dengan rumah sakit yang lama. Di rumah sakit ini terdapat beberapa tingkatan bagi para penghuninya. Bagi yang sudah lama berada disana boleh menjadi pengawas bagi orang gila lainnya. Sayangnya pengawas-pengawas tersebut terkadang bersikap semena-mena terhadap pendatang baru.

Nasib yang sama juga menimpa Ken Steele. Setelah tinggal disana ia lebih sering diperbudak oleh pengawas-pengawas itu, bahkan puncaknya Ken diperkosa oleh tiga orang pengawas. Suara-suara itu terus mengejeknya sebagai ”pelacur” hingga ia benar-benar merasa hancur. Tapi Ken juga memiliki cara agar suara-suara itu tidak terlalu membuatnya pusing yaitu dengan membaca.

Setelah pemerkosaan itu Ken dibawa ke rumah sakit dimana para pegawainya sama sekali tidak ramah. Bukannya menjaga pasien para perawat malah lebih suka menonton televisi yang semakin membuat Ken terganggu. Semakin keras suara televisi maka akan semakin keras suara-suara yang ada dalam kepalanya.

Akhirnya ia meminta kepada dokter untuk menyingkirkan Tv tersebut yang membuat para perawat semakin membencinya. Dan meminta dibawakan buku atau majalah. Setelah sembuh ia dimasukan ke bangsal rumah sakit pertama kali dan bukan yang bebas. Sebelum keluar dari rumah sakit Ken betemu dengan pastur Luke dan mengakui dosa yang pernah ia lakukan.

Ia dibebaskan dari rumah sakit jiwa tidak lama setelah ia sembuh dari kasus pemerkosaan. Saat itu ia mempunyai seorang sahabat. Namun sahabatnya itu kemudian dinyatakan sembuh dan dijemput oleh keluarganya. Saat itu Ken mengalami gangguan konflik yang sangat besar karena disisi lain ia juga merindukan keluarganya terutama ia ingin mengetahui bagaimana kabar adik barunya Joey.

Setelah kehilangan sahabatnya Ken mengikuti saran dari suara-suaranya itu dan pergi ke Manhattan naik bus. Saat tiba di Riverside Drive ia menumpang pada seorang pria yang akan pergi ke Massachusetts. Setelah sampai disana ia kembali menjadi gelandangan. Dan pada akhirnya Ken kembali ditangkap polisi dan dimasukan ke Metropolitan State Hospital di Waltham, Massachusetts. Dan diberikan Hodol yang menyebabkan ia seperti memiliki penyakit Parkinson yang bergerak kaku dan sangat lambat. Di rumah sakit tersebut ia sering dikunjungi oleh pasien lain sehingga ia tidak terlalu merasa kesepian.

Namun karena obat tersebut tubuh Ken semakin lemah, dan para dokter menjadi sangat khawatir, hingga akhirnya salah satu dokter mengusulkan ia akan disetrum dengan listrik (terapi kejutan) bila tidak sembuh juga. Mendengarnya suara-suara Ken semakin membuatnya ingin melakukan bunuh diri dengan menggunakan listrik tersebut. Tetapi karena Ken takut akhirnya Ken kabur dari rumah sakit tersebut. Tidak sampai seminggu suara-suara itu kembali menyuruhnya bunuh diri dengan cara gantung diri. Namun cara itu pun gagal karena pohonnya tidak sanggup menahan tubuh Ken, ia terus mencoba sampai badannya luka-luka dan akhirnya dibawa kembali ke rumah sakit.

Ia terus menerus bebas dan masuk kembali ke rumah sakit, dan akhirnya mengganti namanya dari Ken Steele ke K Shanon Steele. Sejak itu ia mulai dipanggil dengan nama Shanon.

Bila ada orang yang bertanya mengenai orang tuanya Ken selalu menjawab bahwa orang tuanya sudah meninggal. Selama berada di rumah sakit itu ia mulai dekat dengan perawat Mc Carthy. Dan akhirnya ia masuk ke rumah transisi.dan juga mendapatkan pekerjaan. Lalu ia bekerja merawat para manula sebagai juru masak.

Saat-saat itu merupakan saat ia labil, dimana suara-suaranya tidak terlalu mengganggunya. Pada suatu kali suster yang disayanginya itu mengalai keguguran. Saat Ken mengetahuinya ia langsung menyalahkan dirinya, karena dialah kenapa suster it dapat keguguran. Lalu ia kabur lagi dari rumah sakit tersebut, dan kembali menjadi gelandangan. Kemudian tidak beberapa lama ia kembali menumpang pada seseorang yang akan menuju Chicago. Sebagai imbalannya ia meminta pelayanan seksual tertentu. Pada saat Ken menerimanya.

Sesampainya di Chicago, Karl (nama orang itu) tersebut menawarkan Ken pekerjaan sebagai pelacur kembali. Karl lalu mengajaknya tinggal bersama. Saat melihat pemandangan di rumahnya Ken kembali memikirkan untuk bunuh diri dengan cara meloncat dari gedung.

Ken pun akhirrnya tinggal bersama Karl. Tapi hubungan mereka tidaklah berlangsung secara lama, karena ternyata Karl juga memiliki penyakit yang sama dengan Ken, tapi akhirnya suara-suara itu memenangkannya karena pada suatu saat Karl akhirnya ditemukan sudah meninggal.

Setelah kehilangan Karl, Ken dengan sadar mengisi formulir rumah sakit jiwa. Dari rumah sakit jiwa it ia mencari tahu mengapa karl pergi meninggalkanya dengan bantuan dokter yang ada disana akhirnya Ken tahu bahwa Karl sudah kalah dengan pertempurannya melawan sura-suara itu dengan cara meminum pil tidur dalam jumlah berlebihan dan alkohol.

Dan hal itu terus-menerus terjadi pada diri Ken. Dan rumah sakit terakhir yang dia masuki adalah rumah sakit swasta yang ditunjukan oleh salah satu temannya. Disini perlakuannya sangat berbeda dengan rumah sakit negara lainnnya. Tidak ada ikatan, tidak ada obat-abatan yang membuat badan kaku, dan sebagainya.

Pertama kali masuk dalam rumah sakit, Ken sangat kaget sehingga tidak pernah menuruti apa yang diminta oleh dokter. Sampai-sampai dokter tidak mau menerimanya lagi. Namun akhirnya ia iapun mulai menyesuaikan diri dan memint pada dokter tersebut untuk mengobatinya lagi. Ia lalu diobati oleh Dr Casimir, dengan manggunakan obat yang benar-benar baru.

Setelah menggunakan obat tersebut suara-suara pengganggu itu kemudian menghilang. Setelah suara-suara itu menghilang Ken malah menjadi bingung dan merasa gugup tetapi setelah dijelaskan pada dokter Casimir akhirnya ia pun mulai terbiasa.

Analisa

Karakter

Ken

Ken adalah orang yang baik dan selalu ingin tau apa sebenarnya penyakitnya itu. Walaupun orang tuanya tidak perduli dengan keadaannya ia tetap mencari tahu cara penyembuhan. Berkali-kali masuk rumah sakit jiwa tidak pernah membuatnya kapok dan menuruti kemauan suara-suara dalam kepalanya. Ia adalah orang yang pantang menyerah, walaupun memang terkadang suara-suara dalam kepalanya memang nyaris membuatnya meninggal. Namun dari segalanya Ken termasuk orang yang pantang menyerah, bahkan setelah sembuh dari rumah sakit ia turut membantu orang lain yang memiliki penyakit yang sama dengannya.

Konsep diri yaitu apa yang dibayangkan oleh diri itu sendiri. Dalam tokoh Ken Steele sebelum ia merasakan suara-suara dalam kepalanya, ia adalah anak yang pintar dan penurut. Ia juga sangat sayang dengan neneknya. Perubahannya dari konsep dirinya dimulai ketika ia sudah berumur 14 tahun dan sudah mulai merasakan suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri itu datang. Ia pun selalu ketakutan terutama ketika suara-suara itu mengatakan bahwa adik lelakinya akan mengambil posisisnya sebagai anak satu-satunya. Orang tuanya tidak akan sayang lagi padanya.

Trauma Ken dimulai saat iamulai mendengar suara-suara dari dalam kepalanya yang menuyuruhnya untuk bunuh diri. Penyakitnya semakin parah ketika ia mengetahui bahwa ibunya akan melahirkan seorang anak laki-laki yang menurut Ken akan membuat Ken kehilanggan kasih sayang kedua orang tuanya dan juga saat sahabat yang paling ia sayangi yaitu neneknya meninggal dunia saat ia sedang dalam proses penyembuhan di rumah sakit jiwa.

Tidak hanya kehilangan saja tetapi juga Ken Trauma karena sering nya ia keluar masuk rumah sakit dan meminum banyak obat. Saat ia kehilangan orang yang disayangi, saat ia mencoba untuk bunuh diri, dan kasus pemerkosaan yang terjadi padanya saat di rumah sakit. Banyak hal yang membuatnya trauma hingga ia bertemu dengan seorang dokter yang memberinya obat jenis baru yang memang khusus dibuat untuk orang-orang yang mengidap penyakit skizofrenia.

Sebenarnya menurut apa yang telah saya baca ini tujuan hidup ken adalah menjadi orang yang pintar dan berhasil, tapi ternyata penyakit yang timbul secara mendadak inisulit untuk disembuhkan sehingga tujuan hidupnya sekarang beralih kepada bagaimana caranya menyembuhkan penyakitnya itu.

Dan pada akhir cerita ia berhasil mengobati penyakitnya ini. Bahkan ia dapat membantu orang-orang yang memiliki penyakit yang sama dengannya. Dengan cara memberikan saran kepada para orang tua dan orang yang memiliki penyakit yang sama dengan penyakitnya.

Karakter

Ayah

Ia adalah seorang ayah yang selalu menginginkan anaknya pintar dan berbakat. ia juga termasuk ayah yang tegas.

Pada awalnya ia juga sangat menyayangi Ken namun setelah Ken mulai berubah menjadi aneh ia mulai pergi meninggalkannya. Bahkan setelah Ken berumur 18 tahun dan pergi ke New York ia tetap tidak mau membantu anaknya. pernah pada suatu saat Ken benar-benar tidak tahan tinggal di rumah sakit jiwa dan meminta ayahnya menjemputnya pulang.

Saat itu dengan alasan Joey akhirnya ia mau menjempun Ken dengan syarat apabila Ken mulai berulah ia akan langsung dikeluarkan dari rumah tersebut. Dan ternyata Ken memang melakukan kesalahan dengan minum-minum dan mabuk. Dan Ken pun diusir kembali dari rumahnya.

Karakter

Ibu

Ia adalah seorang ibu yang sangat sibuk sampai-sampai tidak terlalu perduli pada Ken. Bahkan Ken pun tidak terlalu mengenal ibunya sendiri. Ibunya pun sama dengan ayahnay tidak pernah membela atau mendukung Ken.

Karakter

Joey

Ia adalah adik dari Ken Steele sedikit sekali yang diceritakan mengenai Joey, karena ken sendiri tidak terlalu dekat dengannya. Ia mengenalnya sewaktu ia dijemput pulang dari rumah sakit. Sewaktu Ken melakukan kesalahan adiknya itu pun sama-sama membencinya. Saat ia menikah Ken tidak diundang.

Karakter

Nenek

Ia adalah sahabat terbaik dari Ken Steele. Nenek lah yang selama ini seringkali menjaganya. Saat ia mendapatkan gangguan suara itu juga nenek lah yang mengatakan bahwa suara-suara itu adalah setan yang menganggunya. Saat neneknya meninggal Ken sanga sedih karena sahabat satu-satunya telah hilang.

Karakter

Ted

Ia adalah teman dari Ken. Ia jugalah yang mengenalkan dunia pelacuran pada Ken. Walaupun begitu dapat dikatakan sebenarnya Ted adalah kawan yang baik hanya saja pergaulannyalah yang tidak baik, sehingga menjerumuskan Ken ke tempat yang lebih buruk.

Karakter

Anthoni

Ia juga teman dari Ken. Ia sama-sama memiliki penyakit kejiwaan, perbedaannya adalah Anthoni masih diperhatikan oleh keluarganya dibandingkan dengan Ken. Oleh karena itu saat Antoni meninggalkannya ia pun merasa sangat kesepian.

Karakter

Karl

Adalah sahabat Ken, hampir sama dengan Ted. Awalnya Karl mengajak Ken untuk melacur, tapi sebenarnya karl hanya mau aditemani oleh Ken saja. Orang tuanya telah meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Ia juga memiliki penyakit yang sama dengan Ken. Namun perbedaannya adalah Karl tidaklah sekuat Ken sehingga ia akhirnya meninggal bunuh diri

Karakter

Dr Casimir

Ia adalah dokter terakhir yang merawat Ken. Dia sangat berjasa akan perkembangan Ken. Berkat dia juga akhirnya Ken dapat sembuh. Ia menggunakan obat-obatan yang tidak biasa. Ken harus selalu memakannya agar suara-suara itu tidak pernah muncul.

Karakter

Rob

Rob adalah pria yang baik. Meskipun ia tahu bahwa Ken pernah masuk rumah sakit juwa beberapa kali. Ia tetap percaya pada

HUBUNGAN INTERPERSONAL

Secara umum sebenarnya Ken adalah seseorang yang sangat pandai dan pintar bergaul, selama ia berada di dalam rumah gila ia banyak memiliki teman. Sayangnya suara-suara itu sangat sulit dihilangkan. Ia dapat bekerja dengan baik dengan pihak rumah sakit apabila perasaanya sedang senang dan dapat berkonsentrasi. Tapi ia akan sangat sulit diatur apabila keadaanya sangat kacau.

Pertama kali Ken masuk kedalam rumah sakit jiwa, ia sangat takut sampai-sampai selalu memberontak apabila ingin diberi obat. Tapi setelah beberapa lama akhirnya ia mengetauhi bagaimana cara bekerja orang yang ada di rumah sakit jiwa.

Ia mengalami trauma yang sangat banyak. Dari mulai kehilangan neneknya, teman-temannya, dan yang paling parah adalah adanya suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri. Meskipun begitu pada akhir cerita akhirnya ia mendapt pekerjaan sebagai koki di sebuah rumah makan.

Temannya, Rob adalah pria yang baik. Meskipun ia tahu bahwa Ken pernah masuk rumah sakit juwa beberapa kali. Ia tetap percaya pada Ken bahwa Ken mampu bekerja dengan baik.

Beberapa kali kehilangan teman tidak membuatnya merasa takut untuk berteman kembali. Setelah sembuh dari penyakitnya ia juga banyak membatu penderita-penderia skizofrenia lainnya. Jadi hubungan interpersonalnya cukup baik.

Terus Berjuang Pantang Mundur

Terus Berjuang Pantang Mundur


Dilahirkan pada tanggal satu September 1960 Syamsyudin atau pria yang biasa dipanggil Ayi ini sudah terbiasa hidup mandiri. Ia adalah anak ke dua dari enam bersaudara. Sejak kecil ia sudah dirawat oleh kakak dari ibunya. Namun tetap saja orang tuanya tidak lepas tangan begitu saja karena rumah keluarga mereka berdekatan sehingga ibunya masih dapat memantau keadaanya. Ayi kecil tinggal di daerah Dago Sekeloa.

Karena sejak kecil lebih dekat dengan ibunya, hingga kini Ayi mengaku kalau dirinya dengan ibunya kurang dekat. Wa nya (kakak dari ibu) bekerja sebagai kuli bangunan. Apabila wa (Dadang) nya mendapat pekerjaan di luar kota dengan waktu yang agak lama, tidak jarang Ayi kecil juga ikut bersamanya, sampai ia pun dipindahkan dari sekolahnya.

Pada waktu ia masih kelas empat SD ia ikut Dadang ke Jakarta dan juga ikut pindah sekolah. Satu tahun kemudian saat ia masih duduk di bangku kelas 5 SD ia kembali lagi ke Bandung. Karena sering berpindah sekolah inilah yang membuatnya malas untuk belajar. Setelah lulus dari bangku SD. Orangtuanya memaksanya untuk melanjutkan sekolah ke bangku SLTP di Jalan Riau Bandung.

Tetapi sayangnya setelah setengah tahun bersekolah disana. Ayi mulai jenuh dan benar-benar tidak ada keinginan lagi untuk melanjutkan sekolahnya sehingga pada akhinya ia berhenti dari sekolahnya. Setelah berhenti dari pekerjaanya ia mulai bekerja dengan Dadang. Sebagai kuli bangunan di Bandung dengan upah Rp 750.000, 00 seminggu. Ia bekerja disana selama setahun.

Setelah pengalamanya bekerja disana, selanjutnya ia sering diajak Dadang atau temannya untuk bekerja di Tanggerang dengan proyek pemasangan instalasi listrik pada tahun 1980 dengan upah Rp 300.000, 00 per bulan. Selanjutnya setelah proyek yersebut selesai ia kembali diajak temannya untuk bekerja dalam proyek yang sama di Bekasi.dengan upah Rp 300.000,00 perbulan.

Setelah bekerja disana ia kembali lagi ke Bandung dan saat itulah ia bertemu dengan Nurhayati (39) yang pada saat itu masih duduk di bangku SMU. Karena rumah mereka berdekatan Ayi pun mulai menyukai Nurhayati, setelah Nurhayati lulus dari bangku SMA ia pun langsung dilamar oleh Ayi.

Setelah menikah mereka membeli rumah, tetapi saat ini rumah tersebut dibuat kosan untuk membantu perekonomian keluarganya. Ayi pun mengontrak di daerah Cileunyi.

Dari hasil pernikahan tersebut pria yang memiliki hobi memancing ini memiliki tiga orang anak yaitu Putu Perdana (18), Ayu Asmara (13), dan yang paling kecil adalah salsabila yang berusia empat setengah tahun.

Nama anak mereka pun memiliki arti tersendiri. Putu Perdana, nama tersebut diberikan oleh Hapsoh yang berarti anak pertama. Setelah Putu lahir, hampir mirip dengan ayahnya, Putu lebih sering berada dekat dengan neneknya. Sehingga saat Ayi dan keluarga diajak pindah untuk menjaga kosan kakanya Ayi Putu tidak ikut bersama mereka.

Sejak menikah dengan Nurhayati, Ayi sudah tidak mau lagi bekerja di luar kota. Sempat menganggur agak lama sambil membantu kakanya menjaga kosan di Hegarmanah, Ayi akhinya mendapatkan kembali pekerjaan menjadi buruh bangunan di daerah Kopo dengan upah Rp 50.000, 00 sehari. Namun karena perjalanan dari tempat bekerja dengan tempat kosan kakaknya jauh ia hanya dapat membawa uang Rp 35000, 00 perharinya.

Untuk kesehatan, mereka mempercayakan pengobatannya ke dokter di daerah Bandung, kalau penyakit itu datangnya mendadak Ayi biasanya membawa keluarganya ke dokter 24 jam atau ke puskesmas yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya saatg ini.

Saat ditanya apakah ada keinginan untuk menambah penghasilan, ia menjawab bahwa pada bulan Agustus nanti ia ingin membuka warung minuman di depan kosan kakaknya.

Ayi juga ternah ditawari bekerja sebagai satpam di Universitas Padjadjaran, namun karena sejak muda ia selalu bekerja serampangan dan tidak pernah di satu tempat saja, ia menolak tawaran tersebut dengan alasan tidak betah apabila berada di satu tempat saja.

Lain halnya dengan istrinya Nurhayati, sejak lulus dari SMU ia berusaha terus agar dapat lulus dari tes pegawai negeri, sayangnya impiannya tidak menjadi kenyataan karena ia gagal pada saat tes wawancara, yang menurutnya pertanyaannya aneh.

Menabung untuk Cita-Cita Masa Depan

Menabung untuk Cita-Cita Masa Depan

Hidup di rumah kontrakan yang sempit dan mungil Eko Purnomo (29) hidup bersama istri (26) dan anaknya yang masih berumur 7 bulan. Eko dilahirkan pada tanggal 21 Juli 1978 di Banyuwangi, Jawa Timur. Pria berkulit sawo matang ini memiliki hobi bermain sepak bola. Pekerjaannya saat ini adalah berdagang mie ayam dari satu kompleks ke kompleks lainnya.

Setelah lulus dari sekolah, ia langsung diajak temannya untuk bekerja di bengkel las di Tanggerang. Pada mulanya orang tuanya (Sutinem dan Katiran) tidak mengizinkan ia pergi dari rumah, namun Eko terus memaksa sampai akhirnya mereka pun mengizinkan Eko untuk pergi bekerja.

Setelah dua tahun bekerja di bengkel las, ia mulai jenuh dan diajak temannya untuk bekerja menjadi pedagang baso keliling di daerah Bogor. Di komplek Bambu Kuning tersebut terdapat kucing hitam bernama Karjo, karena kulit Eko agak gelap, dimulai dari candaan salah seorang tetangga yang memanggilnya Karjo, mulailah Eko dipanggil Karjo setiap kali ia lewat kompleks tersebut.

Disanalah ia bertemu dengan Sari (Istrinya) yang saat itu bekerja sebagai pembatu Rumah Tangga di salah satu rumah kompleks tempat Eko biasa berjualan baso. Pada awalnya mereka berdua tidak saling kenal apalagi menyapa, hingga ada salah seorang tetangga yang sering sekali menggoda mereka berdua karena Sari sering membeli baso dari Eko.

Lambat laun Eko pun mulai menyukai Sari dan akhirnya memintanya untuk menjadi pacarnya. Mereka pun akhirnya berpacaran sampai dengan satu tahun, sampai pada akhirnya menikah pada tanggal 27 September 2005.

Setelah mereka menikah pada awalnya orang tua Eko meminta mereka untuk tinggal di Jawa bersama orang tua, tetapi mereka berdua menolaknya dengan halus, dan kini mereka tinggal di rumah kontrakan di jalan Pindok Manggis Rt 03 Rw 04, Bojonggede Bogor, dengan biaya Rp 150.000,00 per bulan. Sari pun berhenti dari pekerjaannya dan menjadi ibu rumah tangga di kontrakannya.

Beberapa tahun setelah mereka menikah, Sari pun mengandung dan melahirkan seorang bayi mungil yang diberi nama Nurul Fitri (7 bulan). Selama bekerja sebagai pedagang baso keliling, Eko memiliki cita-cita untuk dapat mengembangkan bisnisnya dengan memiliki gerobaknya sendiri. Pada akhirnya cita-cita tersebut tercapat setelah ia menikah dengan Sari. Namun ia beralih dari pedagang baso menjadi pedagang mie ayam keliling dan tidak lagi berjualan di komplek Bambu kuning. Ia mulai mencari tempat-tempat yang lebih banyak peminat mie ayam dibandingkan dengan baso. Tiap hari ia selalu dapat menghasilkan uang sebesar Rp 30.000,00 sampai dengan Rp 100.000,00 perhari yang langsung diberikan kepada istrinya.

Menurutnya kalau sedang mujur ia sering diminta untuk membuat baso atau mie ayam untuk acara-acara khitanan. Biasanya mereka meminta 50 sampai dengan 30 mangkok. Eko sekarang lebih suka berjualan di depan Indomaret, tidak jauh pula dari kompleks Indomaret.

Saat ditanya apakah ada cita-cita ke depan untuk memperbaiki keadaan perekonomian keluarganya, ia menjawab. ”keinginannya sih buka toko mie baso atau mie ayam di daerah yang banyak orangnya, sayangnya modalnya masih kurang, ini juga sambil menabung”.