Jumat, 30 November 2007

Terus Berjuang Pantang Mundur

Terus Berjuang Pantang Mundur


Dilahirkan pada tanggal satu September 1960 Syamsyudin atau pria yang biasa dipanggil Ayi ini sudah terbiasa hidup mandiri. Ia adalah anak ke dua dari enam bersaudara. Sejak kecil ia sudah dirawat oleh kakak dari ibunya. Namun tetap saja orang tuanya tidak lepas tangan begitu saja karena rumah keluarga mereka berdekatan sehingga ibunya masih dapat memantau keadaanya. Ayi kecil tinggal di daerah Dago Sekeloa.

Karena sejak kecil lebih dekat dengan ibunya, hingga kini Ayi mengaku kalau dirinya dengan ibunya kurang dekat. Wa nya (kakak dari ibu) bekerja sebagai kuli bangunan. Apabila wa (Dadang) nya mendapat pekerjaan di luar kota dengan waktu yang agak lama, tidak jarang Ayi kecil juga ikut bersamanya, sampai ia pun dipindahkan dari sekolahnya.

Pada waktu ia masih kelas empat SD ia ikut Dadang ke Jakarta dan juga ikut pindah sekolah. Satu tahun kemudian saat ia masih duduk di bangku kelas 5 SD ia kembali lagi ke Bandung. Karena sering berpindah sekolah inilah yang membuatnya malas untuk belajar. Setelah lulus dari bangku SD. Orangtuanya memaksanya untuk melanjutkan sekolah ke bangku SLTP di Jalan Riau Bandung.

Tetapi sayangnya setelah setengah tahun bersekolah disana. Ayi mulai jenuh dan benar-benar tidak ada keinginan lagi untuk melanjutkan sekolahnya sehingga pada akhinya ia berhenti dari sekolahnya. Setelah berhenti dari pekerjaanya ia mulai bekerja dengan Dadang. Sebagai kuli bangunan di Bandung dengan upah Rp 750.000, 00 seminggu. Ia bekerja disana selama setahun.

Setelah pengalamanya bekerja disana, selanjutnya ia sering diajak Dadang atau temannya untuk bekerja di Tanggerang dengan proyek pemasangan instalasi listrik pada tahun 1980 dengan upah Rp 300.000, 00 per bulan. Selanjutnya setelah proyek yersebut selesai ia kembali diajak temannya untuk bekerja dalam proyek yang sama di Bekasi.dengan upah Rp 300.000,00 perbulan.

Setelah bekerja disana ia kembali lagi ke Bandung dan saat itulah ia bertemu dengan Nurhayati (39) yang pada saat itu masih duduk di bangku SMU. Karena rumah mereka berdekatan Ayi pun mulai menyukai Nurhayati, setelah Nurhayati lulus dari bangku SMA ia pun langsung dilamar oleh Ayi.

Setelah menikah mereka membeli rumah, tetapi saat ini rumah tersebut dibuat kosan untuk membantu perekonomian keluarganya. Ayi pun mengontrak di daerah Cileunyi.

Dari hasil pernikahan tersebut pria yang memiliki hobi memancing ini memiliki tiga orang anak yaitu Putu Perdana (18), Ayu Asmara (13), dan yang paling kecil adalah salsabila yang berusia empat setengah tahun.

Nama anak mereka pun memiliki arti tersendiri. Putu Perdana, nama tersebut diberikan oleh Hapsoh yang berarti anak pertama. Setelah Putu lahir, hampir mirip dengan ayahnya, Putu lebih sering berada dekat dengan neneknya. Sehingga saat Ayi dan keluarga diajak pindah untuk menjaga kosan kakanya Ayi Putu tidak ikut bersama mereka.

Sejak menikah dengan Nurhayati, Ayi sudah tidak mau lagi bekerja di luar kota. Sempat menganggur agak lama sambil membantu kakanya menjaga kosan di Hegarmanah, Ayi akhinya mendapatkan kembali pekerjaan menjadi buruh bangunan di daerah Kopo dengan upah Rp 50.000, 00 sehari. Namun karena perjalanan dari tempat bekerja dengan tempat kosan kakaknya jauh ia hanya dapat membawa uang Rp 35000, 00 perharinya.

Untuk kesehatan, mereka mempercayakan pengobatannya ke dokter di daerah Bandung, kalau penyakit itu datangnya mendadak Ayi biasanya membawa keluarganya ke dokter 24 jam atau ke puskesmas yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya saatg ini.

Saat ditanya apakah ada keinginan untuk menambah penghasilan, ia menjawab bahwa pada bulan Agustus nanti ia ingin membuka warung minuman di depan kosan kakaknya.

Ayi juga ternah ditawari bekerja sebagai satpam di Universitas Padjadjaran, namun karena sejak muda ia selalu bekerja serampangan dan tidak pernah di satu tempat saja, ia menolak tawaran tersebut dengan alasan tidak betah apabila berada di satu tempat saja.

Lain halnya dengan istrinya Nurhayati, sejak lulus dari SMU ia berusaha terus agar dapat lulus dari tes pegawai negeri, sayangnya impiannya tidak menjadi kenyataan karena ia gagal pada saat tes wawancara, yang menurutnya pertanyaannya aneh.

Tidak ada komentar: