Oleh: Mila Akmalia
10 tahun turunnya mantan presiden Soeharto membawa dampak yang buruk dan juga dampak yang baik. Terungkapnya kasus korupsi mantan presiden kita ini juga membongkar korupsi yang ada di Indonesia.
Seharusnya sudah dari dulu kita menyadari banyaknya korupsi yang terjadi di Indonesia. Hal yang sering kali membuat saya bingung adalah mengapa selama kurang lebih 32 tahun bangsa kita bisa tertipu begitu saja?
Kondisi Objektif bangsa saat ini
Awal lahirnya reformasi sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat waktu itu. Sebuah keterkekangan selama 32 tahun yang ditambah dengan turunnya tingkat kesejahteraan ekonomi karena naiknya harga barang sehingga susah dijangkau masyarakat. Saat itu banyak aktivis mahasiswa yang senantiasa meneriakkan demokrasi ditengah sistem otoriter yang berjalan, dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya dan ketika keberadaannya diketahui nyawanya mungkin sudah meninggalkan raga.
Sekitar pertengahan 1997 negara ini dihantam oleh krisis moneter yang hampir menjangkiti seluruh negara di Asia. (http://giant41.blogspot.com/2008/01/detik-detik-lengsernya-soeharto.html. Akhirnya krisis ekonomi menjalar ke seluruh sendi kehidupan dan seluruh masyarakat terkena imbas dari kejadian ini. Taraf hidup masyarakat menurun karena pendapatan masyarakat tidak mampu menutup laju inflasi.
Dalam keadaan terpuruk rakyat mulai mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang selama ini mereka simpan. Ketidakadilan yang mereka rasakan mulai diungkit-ungkit lagi. Bagaimana sebuah keluarga besar bisa kaya semua, sementara banyak masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai dalam kondisi yang memprihatinkan. Bagaimana sebuah keluarga besar yang sama sekali tidak bisa disentuh hukum sementara ada warga masyarakat yang dihukum sekian bulan penjara karena mencuri seekor ayam.
Tujuan dari reformasi adalah perbaikan kondisi bangsa dalam berbagai aspek kehidupan. Perbaikan yang diharapkan sampai sekarang belum pernah terbukti bahkan ada yang ngomong “malah lebih parah daripada sebelum reformasi”. Sampai sekarang rakyat masih antri minyak tanah, gas LPG yang langka, dan gossip tentang naiknya BBM, masih gossip, namun di beberapa media sudah banyak berita tentang rakyat yang mengantri di SPBU, karena takut tidak dapat membeli Premium.
Reformasi hanya mencatat 2 peristiwa besar, yaitu menurunkan presiden Soeharto dan penyusunan kabinet pasca lengsernya Soeharto. (http://giant41.blogspot.com/2008/01/detik-detik-lengsernya-soeharto.html). Setelah 2 peristiwa itu praktis tidak ada kebijakan yang tidak sesuai. pada cita-cita reformasi. Begitulah kenyataan yang ada, pemerintah berganti namun tetap saja, rakyat masih menderita.
Masalah yang dihadapi dan Penyebabnya.
Indonesia pernah dijuluki ”Macan Asia” karena keperkasaan negeri ini di bidang ekonomi. Sejarah pertumbuhan pada awal era Orde Baru pernah mencatat sejumlah prestasi. Ekonom Emil Salim pernah menulis bahwa indeks biaya hidup di Indonesia antara tahun 1960 dan 1966 naik 438 kali lipat. (http://bulanbintang.wordpress.com/2008/01/28/pasca-10-tahun-lengser-hm-soeharto-akhirnya-tutup-usia/)
Hampir tiga dekade kemudian, Soeharto turun panggung dengan utang Republik tak terkira. Utang baru US$ 43 miliar (kini setara Rp 387 triliun) dari Dana Moneter Internasional, IMF, tak mampu menyangga nilai rupiah. Hari itu, 21 Mei 1998, pasar uang menutup transaksi dengan Rp 11.236 per dolar AS—terjun bebas dari Rp 2.500 per dolar AS. Pada awal 1998, rupiah sampai terjengkang ke jurang: Rp 17.000 per dolar AS.
Kita seperti dikelabui pada masa itu. Para petani masih merasa normal, tidak ada yang namanya krisis moneter. Tidak ada yang namanya mengantri untuk membeli beras, minyak tanah, dan tidak ada kelangkaan gas LPG seperti saat ini. Namun setelah ia lengser, negara kita seperti benar-benar tidak memiliki pemimpin. Munculnya gosip mengenai kenaikan BBM juga memperparah keadaan kita. Mulai muncul demo-demo yang dilakukan oleh para mahasiswa. Saya jadi berfikir, apakah kejadian pada bulan Mei yang sempat menelan korban, akan terulang kembali?
Kondisi yang kita alami saat ini memang sangat sulit. Gosip yang ada tidak membuat pemerintah berfikir secara cepat untuk menjelaskan apakah benar akan naik atau tidak, sehingga malah membuat rakyat cemas. Dalam hal ini seharusnya pemerintah bisa langsung menjelaskan pada rakyat apa yang terjadi, bukannya menyebarkan gosip yang malah membuat rakyat cemas dan ketakutan. Seandainya pun memang BBM harus naik, pemerintah juga seharusnya bisa menjelaskan dengan baik apa alasannya, dan bagaimana nanti nasib bangsa kita.
Masalah yang ada, mungkin sebenarnya tidak jauh dari korupsi yang terjadi di negara kita. Kasus mantan Presiden Soeharto yang terkait dengan korupsi, sampai sekarang belum tuntas. Mengapa? Apakah pemerintah masih takut oleh Soeharto? Kalau memang ya, buat apa didirikan hukum, tentang pemberantasan korupsi? Didirikannya KPK, tidak menjamin terbasminya korupsi saat ini. Korupsi sudah seperti menjamur dan sangat sulit untuk dibasmi. Kalaupun pejabat pemerintah yang tertangkap karena kasus korupsi, barulah kalangan yang berada di bawah, belum yang paling besar, atau rajanya korupsi.
Demokrasi sebagai esensi dari Reformasi ternyata seperti panggang jauh dari api. Rakyat tetap menjadi komoditi dan objek kekuasaan yang ditipu setiap pemilu dan dilupakan segera setelah kekuasaan baru disahkan. Sepuluh tahun sudah cukup bagi kita untuk mencapai kesadaran bahwa Reformasi sudah Mati, sehari ketika dia lahir. (http://www.pena98.com/id/hal/story/2008/01/2/pernyataan_sikap,_aksi_mogok_makan_10_tahun_reformasi)
Dalam 10 tahun perjalanan panjang Reformasi, hasil akhirnya telah diketahui bahwa satu hari setelah Lengsernya Soeharto bahwa Reformasi gagal! 3 Presiden sipil jatuh bergantian dalam 5 tahun dan 1 presiden berasal dari Militer bisa bertahan 5 tahun. Supremasi Sipil tetap menjadi mimpi bagi seluruh pejuang Demokrasi. Cepat atau lambat tapi pasti, satu persatu ruang kebebasan itu akan kembali dirampas untuk stabilitas kekuasaan, stabilitas kekayaan, stabilitas, kenikmatan. Persis sama ketika 33 tahun Soeharto dan Orde Baru nya berkuasa.
Upaya Yang Harus dilakukan bangsa ini.
Era runtuhnya kepemimpinan Soeharto, yang dianggap bisa memperbaiki keadaan ekonomi, ternyata gagal total. Saya pernah membaca buku yang ditulis oleh Habibie mengenai kejadian yang terjadi pada bulan Mei lalu. Pada waktu itu pemerintahan orde baru dipaksa mundur oleh masyarakat. Pada saat itu Habibie yang tiba-tiba menjadi presiden menjadi bingung dengan jawaban Soeharto. Dalam hal ini saya merasa setelah apa yang sudah dia capai Soeharto seperti melemparkan tanggung jawab yang besar hingga sampai sekarang sulit sekali diperbaiki.
Hal ini tidak lepas juga dari para aktivis yang berasal dari kaum mahasiswa. Rizki Rahmawati salah satu mantan aktifis 12 Mei mengatakan bahwa, sekarang mahasiswa saat ini seperti cuek saja dengan keadaan yang ada. (TVOne)
Menurutnya, sudah banyak masyarakat kita yang bunuh diri karena gossip kenaikan BBM namun, mahasiswa seolah-olah tidur, dan pura-pura tidak tahu dengan adanya hal ini. Memang sudah ada mahasiswa yang bermunculan dan mencoba untuk berdemo, dan sayangnya pemerintah masih belum menanggapi.
Menurut saya, pemerintah seharusnya segera memberikan jawaban yang jelas dan benar atas kenaikan BBM ini. Sudah banyak rakyat kita yang menjadi korban, tapi sampai sekrang tetap tidak ada hasil yang baik. Kasus-kasus yang memang sudah tertangkap, seharusnya bisa secepatnya diproses, termasuk dalam hal ini adalah kasus korupsi pa Soeharto.
Hal ini, tidak hanya dari pemerintah saja, rakyat juga seharusnya jangan mudah percaya atas apa yang ia dengar. Jangan baru mendengar adanya gossip tentang kenaikan, ia langsung bunuh diri. Saya setuju dengan apa yang dilakukan para mahasiswa untuk membela kaum lemah, namun sebaiknya demo yang dilakukan jangan sampai merusak barang milik public (merusak telepon umum, membakar toko), menurut saya itu sama sekali tida benar. Boleh marah, tapi jangan sampai merusak apa yang dimiliki oleh public. Buat apa membangun kalau untuk dirusak kembali?
Aparat terutama TNI atau Polisi yang berjaga pada saat demo dilakukan oleh para mahasiswa, seharusnya juga jangan terbawa emosi. Rizki mengungkapkan, pada waktu ia masih menjadi aktifis, kepalanya sempat ditodong oleh pistol oleh salah satu aparat, lalu lewat teman si aparat itu dan langsung berteriak “udah tembak aja”. Mana yang katanya aparat mau membela dan menolong rakyat Indonesia?
Apakah salah, kalau rakyat ingin mengungkapkan apresiasinya? Contoh lain adalah ketika korban Lapindo yang ingin mengungkapkan apresiasinya malah dilarang untuk naik kereta oleh aparat keamanan. Sepertinya para korban itu ingin membunuh presiden saja!
Untuk itu, supaya Negara kita bisa memperbaiki dan mulai maju kedepan, ada baiknya jika, pemerintah, rakyat, dan mahasiswa bekerja sama. Dengan begitu maka kemungkinan kita bisa menyusul negara lain pun bisa.
Mila Akmalia
Mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad
(mila_akmalia@yahoo.com)