Jumat, 30 November 2007

Perjalananku ke Perpustakaan Nasional

Perjalananku ke Perpustakaan Nasional

Perjalanan ini sebenarnya selain untuk refreshing bagi kami, para jurnalis muda, tetapi juga sekaligus untuk dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh para dosen kami. Untuk pergi kesana, kami menyewa 3 bus, karena angkatan kami terdiri dari 3 kelas (gak penting ya?)

Rencananya sih kami akan berkumpul di lapangan pada pukul lima pagi. Hari itu juga saya bersama teman saya yang bernama Ajeng sudah bersiap-siap sejak pukul setengah lima pagi, tetapi saat saya dan Ajeng sampai di sana ternyata anak-anak yang lain belum datang, hanya ada beberapa anak dan dosen kami saja.

Namun lamanya menunggu tidak membuat kami jadi malas untuk berangkat ke Perpusnas, karena kalau gak berangkat gimana caranya bisa ngerjain tugas coba? Ok finely sekitar pukul setengah tujuh. Lingga, ketua bus 3 menyuruh kami masuk ke dalam bus (padahal saat itu aku sedang asyik makan bubur ayam loh hmm…)

Perpusnas ternyata berada di jalan Salemba Raya no 28 A, setelah sampai disana kami langsung di sambut oleh bapak Agus Puspoyo, kehumasan Perpusnas, bapak Fadly, informasi perpustakaan, dan bapak Yoyo, bagian pusat perpusnas.

Perpustakaan tersebut terdiri dari 9 lantai, aku lupa bagian pertamannya Cuma yang aku ingat adalah lantai 3B sebagai layanan pustaka baru, lantai 4B koleksi layanan audio visual (seni, budaya daerah), lantai 5B layanan manuskrip kuno (lantai ini yang paling menarik, sayang ga sempet kesini…), 5C layanan mengenai koleksi buku langka, 7B mengenai majalah terjilid, 8C isinya adalah surat kabar langka.

Dalam perpus ini apabila ingin membaca, katalognya masih memakai media manual karena banyaknya buku atau sumber yang ada. Sistem yang dipakai adalah system tertutup, sehingga apabila ingin membaca buku biasanya kita menuliskan di kertas buku apa yang ingin dibaca lalu pegawai yang berjaga lah yang mengambilkan buku itu.

Menurut bapak Agus Puspoyo, bapak Fadly, , dan bapak Yoyo, system terbukasudah ada di Merdeka Selatan. Sehingga pembaca dapay mengambil bukunya sendiri. Sayangnya perpusnas tidak mengcopy paste buku-bukunya ke perpustakaan lain karena kurangnya dana yang diberikan oleh DPR. Menurut salah seorang petugasnya seharusnya Pemda juga harus dapat inisiatif untuk mengcopy mengenai sumber-sumber daerahnya.

Apabila ada saran yang ingin diberikan kita bisa kok menyampaikannya langsung atau mengirim email ke www.grgi.go.id. Anggaran yang diberikan untuk menambah koleksi buku ini adalah sekitar tujuh milyar. Perpusnas juga bekerja sama dengan perum perpustakaan Universitas Negeri

Ada cerita yang lucu saat aku datang mengunjungi prepusnas. Saat itu matahari sudah berada di puncaknya. Jadi panas sekali. Aku keluar dulu sama Ajeng untuk makan siang. Makan siang kami ditaruh di dalam bus. Tadinya aku mau bertanya dulu sama Friska sebelum turun tentang beberapa pertanyan yang tidak aku dan Wina mengerti, tapi karena sms ku gak dibalas-balas sama dia, akhirnya aku nekat turun aja.

Sesampainya di bus kami, ternyata Friska, Galuh, sama Gita udah ada disana dan sedang menikmati makan siangnya. Setelah aku datang banyak juga teman-teman kami yang menyusul untuk makan siang. Setelah makan siang aku naik lagi ke atas dan membantu Wina menyelesaikan tugas kami.

Setelah kami selesai dengan tugas kami turun lagi sambil menemani Wina makan siang. Karena sudah makan akhirnya aku iseng-iseng memotret gedung perpusnas, dan jalan raya (saat itu ada Friska)

Saat sedang asyik memotret dari luar bus, tiba-tiba aku melihat ada sekelompok anak SMU yang berlarian ke arah bus sambil membawa-bawa batu. Aku pikir mereka gak akan kea rah bus. Ternyata mereka semua malah datang kea rah bus, karena takut aku dan Wina yang sambil membawa-bawa nasi bungkusnya keluar dari bus dan masuk ke dalam pagar perpusnas yang langsung di tutup oleh satpam perpusnas.

Karena saking takutnya kami melupakan Friska setelah anak-anak itu lewat aku dan Wina langsung berlari kea rah Friska, ketika melihat kami ia langsung berteriak-teriak kalu kami jahat karena meninggalkannya sendiri di dalam bus. Bukannya prihatin aku sama Wina malah tertawa terbahak-bahak,

Habisnya gimana ga ketawa coba, alasannya saat itu kenapa tidak kabur dari bus adalah karena ia takut barang-barangnya hilang, karena HP dan Dompetnya masih tergeletak berantakan di kursi. (saat menulis cerita ini juga aku sambil tertawa loh hahaha… cobalah kalian bayangkan…)

Seteah kerusuhan itu datanglah teman-teman kami ke bus. Termasuk salah satu dosen. Sayangnya karena takut oleh anak-anak SMU itu aku kurang mendapatkan foto-foto yang bagus. Setelah semua anak berkumpul kami pun pulang ke Bandung.

nih foto anak tauranannya

Tidak ada komentar: