Kamis, 14 April 2011

Hebatnya Daun Sukun

Ternyata Daun Sukun tidak hanya sekedar daun biasa, menurut penelitian daun sukun ternyata memiliki banyak khasiat ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis) mengandung flavonoid dan sitosterol yang berkhasiat untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Menurut DR. Tjandrawati M. Ozef dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan, uji khasiat baik secara in vitro ( menggunakan media) maupun in vivo (melibatkan sel hidup) terhadap ekstrak tanaman tersebut telah menunjukkan hasil sangat baik. Kesimpulannya, daun sukun bisa melindungi jantung, karena mampu menurunkan kadar kolesterol darah secara signifikan dan mampu menghambat akumulasi pada dinding pembuluh darah aorta. Tak hanya berkhasiat mencegah penyakit kardiovaskuler, tetapi sukun juga merupakan obat tradisional yang mampu mengatasi masalah ginjal, penyakit hati, peradangan dan gatal-gatal.

Saat ini menurutnya, industri bahan baku obat Indonesia masih sangat lemah dimana 95 % obat masih didatangkan secara impor sehingga menyebabkan harga sejumlah obat relatif tinggi yang sulit dijangkau masyarakat. Akibatnya, banyak masyarakat beralih menggunakan tanaman obat tradisional.

Bagaimana dengan Bunga dan Buahnya?
Bunga sukun dapat diramu sebagai obat untuk menyembuhkan sakit gigi dengan cara dipanggang lalu digosokkan pada gusi yang giginya sakit. Getah tanaman digunakan untuk mengobati penyakit kulit. Sementara buahnya dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit lever, yaitu dengan meminum air rebusan buah sukun. Caranya, potong buah sukun menjadi 4 bagian dan rebus sampai mendidih. Minum air rebusan sebanyak mungkin selama dua minggu atau lebih.

Buah sukun (Artocarpus communis) merupakan bahan pangan alternatif yang kini mulai cukup populer dan dikembangkan di berbagai daerah. Buah sukun segar bisa langsung dimanfaatkan sebagai bahan pangan, lazimnya yaitu dengan cara menggoreng daging buahnya. Agar dapat disimpan lebih lama sebagai bahan pangan, buah sukun dapat diolah menjadi gaplek sukun, tepung sukun, pati sukun, atau tapai sukun, dll. Dengan adanya bahan-bahan dasar tersebut, maka aneka panganan dengan bahan baku buah sukun dapat dibuat dan dinikmati setiap saat.

Selain karbohidrat, protein, dan lemak, buah sukun juga mengandung vitamin B1, B2, dan vitamin C, serta mineral (kalsium, fosfor, dan zat besi). Kandungan air dalam buah sukun cukup tinggi, yaitu sekitar 69,3 %.
Berikut ini disajikan cara pembuatan beberapa jenis makanan olahan dari buah sukun

a. Pembuatan Gaplek Sukun
Gaplek sukun terbuat dari buah sukun tua yang telah dikupas bersih, kemudian dipotong-potong. Potongan buah sukun tersebut selanjutnya diiris tipis-tipis. Irisan buah sukun kemudian dihamparkan di atas nampan untuk dijemur di bawah terik matahari. Agar proses pengeringan gaplek sukun merata dan tidak mudah terkontaminasi oleh jamur .karena lembab, maka setiap 3 jam sekali perlu dibalik. Pada saat musim kemarau saat terik matahari benar-benar optimal penjemuran dapat dilakukan selama 3 hari.

b. Pembuatan Tepung Sukun
Tepung sukun berasal dari olahan gaplek sukun. Gaplek sukun yang sudah kering ditumbuk dan diayak dengan ayakan halus. Setelah diperoleh tepung yang halus lalu dijemur sampai kering. Tahapan pembuatan gaplek sukun dan tepung sukun dapat dilihat pada tulisan di bawah ini.
Tahapan membuat gaplek sukun dan tepung sukun.
1. buah suku – 2. dibersihkan – 3. dikupas – 4. dicuci – 5, dipotong tipis-tipis – 6. dijemur – 7. maka jadilah GAPLEK SUKUN – 8. ditumbuk – 9. diayak – 10. dijemur – 11. maka jadilah TEPUNG SUKUN.

c. Pembuatan Pati Sukun
Pati sukun dibuat dari buah sukun yang sudah tua. Buah sukun dikupas bersih dan dipotong-potong lalu diparut atau diblender. Untuk melarutkan tepung dan memisahkannya dari ampas, tambahkan air ke dalam hasil parutan sukun. Penyaringan bisa dilakukan berulang kali hingga seluruh pati terlarut. Selanjutnya biarkan pati mengendap dengan memperhatikan lapisan air di bagian atasnya. Semakin jernih air berarti pengendapan semakin baik. Setelah air endapan dibuang, jemur pati di bawah terik matahari sampai kering. Pati sukun yang sudah kering dapat disimpan dalam plastik.

Tahapan cara pembuatan pati sukun.

1. buah suku – 2. dikupas – 3. dipotong kasar – 4. diblender/diparut – 5. hasil parutan ditambah air – 6. diendapkan – 7. air dibuang – 8. jemur/keringkan – maka jadilah PATI SUKUN.
Manfaat pohon sukun: 1) untuk penahan tanah longsor, 2) untuk persediaan makanan sehat pengganti beras. Sukun bergizi tinggi, terutama kadarkarbohidrat dan calciumnya tinggi sekali (lihat daftar di atas). Karena kandungan karbohidrat tinggi, jika orang makan buah sukun, menjadi cepat kenyang! Cocok buat menambah zat kapur bagi kaum tua. Jadi kaum kakek dan nenek, nggak usah beli susu buatan pabrik yang mahal! Makan saja buah sukun! Murah, meriah, cepat kenyang! Mari galakkan penanaman pohon sukun yang bernilai tinggi ini. Dan tentu saja, ini juga peluang bisnis. Kita tahu, banyak daerah kita yang rawan longsor atau sering mengalami masa paceklik. Menggalakkan pohon sukun ini salah satu solusinya. Peluang bisnis sekaligus membantu pengadaan pangan sehat dan membantu kelestarian lingkungan!


sumber: http://siipulblog.blogspot.com/2010/12/keistimewaan-daun-sukun.html
http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/makanan/26112-daun-sukun-lindungi-jantung-dari-serangan-iskemik-akut.html

Kamis, 07 April 2011

Antrian Bank BagaikanAntrian Mendapatkan Sembako Gratis!

Kejadianini bermulai di awal pagi hari Kamis yang cerah, awalnya saya malas sekali untuk datang ke Bank sebut saja A, (kaya tokoh jahat saja yaaa hahaha), Karena ibu saya ketakutan uang yang selama 8 tahun saya tabung menghilang karena diotak-atik, akhirnya pergila saya bersama kakek saya kesana.

Dari kecil saya memang disuruh untuk belajar menabung oleh ibu saya, nah karena bank tersebut merupakan bank satu-satunya yang berada di Bojongg Gede, akhirnya saya pun terpaksa menitipkan uang disana, namanya usia belia yang belum memiliki KTP, alhasil ibu saya lah yang menandatangai buku tabungan saya dan adik saya itu.

Berbulan-bulan uang tersebut tidak pernah saya sentuh, tanpa sadar saya sudah beranjak dewasa, dan sudah memiliki KTP (HOREEEE),setelah saya kuliah, barulah ibu saya teringat akan uang yang ada di Bank A tersebut, namun, lagi-lagi karena saya kuliahnya jauh, akhirnya uang tersebut terbengkalai kembali (kasian tu uang, pasti kesepian ga dijenguk pemiliknya...)

Nah, setelah saya lulus dan sedang mencari pekerjaan, ibu saya teringat kembali akan uang tersebut, jadilah pada hari itu berpanas-panasan saya dan kakek saya terpaksa ikut mengambil nomer lotre...eh salah maksudnya no antrian bank itu, Oh ya, keadaan saya waktu itu kebetulan sedang tidak enak badan, alias sakit.

Saat itu saya datang sekitar pukul setengah 8 pagi, dan bank A ini belum buka, ketika saya ingin bertanya apakah uang saya yang 8 tahun tidak pernah dijenguk itu masih ada? belum sempat bertanya, si Satpam sudah memberikan saya tiket lotre... dengan no urut 114. BO! sungguh sangat kaget, bayangkan bank nya belum buka, namun antriannya sudah sampai 114, bagaimana siang nanti???

Entah bagaimana mungkin shok saya langsung ketahuan oleh si Satpam itu, kemudian dia dengan tersenyum manis (iii Amit-amit) dia bilang "Maaf Mba karena no nya masih lama, ntar datang lagi aja sekitar jam 10 siang". Krena shok saya hanya bisa tersenyum dan kembali ke parkiran di mana kakek saya menunggu, ketika saya menceritakan bahwa no saya 114, Kakek cma tersenyum dan bilang "mungkin sekarang ada pembagian jatah pensiun, jadi rame deh". Jadi, pulang deh aku...

Kebetulan karena ga enak badan, pagi itu sebelum ke bank aku mampir ke dokter dulu, dan diberikan obat, karena aku fikir jam 10 itu masih lama, jadi aku minum lah obatnya, bener saja tak lama kemudian sambil iseng-iseng browsing, aku ketiduran.... zzzzzzz

setelah beberapa lama, ternyata sudah mau jam 10,langsung saja ak meminta kakek untuk segera mengantarku ke bank A, sudah buru-buru, ternyata sampai disana antriannya baru jalan sampe dengan 60... ckckckck... Lelet bener.... dan yang lebih merana lagi, banyak para orang tua yang mengantri bahkan sampai keluar ruang tunggu bank tersebut (apa karena bank kecil yaaa?)

Aku kembali ke tempat kakek menunggu, yaitu di parkiran, karena kemungkinan menurut satpam akan ada waktu sekitar 1 setengah jam lagi, akhirnya ak disuruh menunggu di samping kakek, tepatnya di parkiran (diulang yaaa, PARKIRAN! panas... huufff)

Akhirnya aku duduk di samping seorang nenek, karena bingung akhirnya aku bertanya kepadanya, "nek, antrian berapa?". Dengan tenangnya sang nenek menjawab "no 145, ade no berapa?"... ya ampuun, nenek ini aja udah antrian 145 masih dengan santai menunggu diluar, papanasan, sedangkan aku yang no 1ntrian 114 sudah keberingat, mana yakin ga bakalan sampe dipanggil ini...

Ketika bertanya kembali "nek kenapa ga pulang dulu aja, saya aja yang no antriannya 114, masih satu jam lagi, apalagi nenek, panas kan?". Dia hanya tersenyum dan menjawab "habis nenek lagi butuh uang si... biasanya si ga gini, katanya si pelayannya cuma dua hari ini, padahal sekarang memang waktunya gajian PNS"

wo wo wo... memang yaaa padahal ini adalah bank salah satu milik pemerintah, memang si letaknya di desa, tapi masa untuk hari yang menurut para orang tua ini penting mereka tidak bersiap? masa hanya 2 orang yang mengurusi semua nabah yang sampai beratus-ratus orang itu, harus sampai kapan mereka menungggu?

Apalagi disaat memang banyak orang yang membutuhkan, terutama kalau cuma mau tanya "mba uang saya yang selama 8 tahun saya simpan disini, dan tidak diotak-atik masih ada ga?" masa cuma begitu aja harus ikutan mengantri? ckckckck...

Karena tidak sabar, dan keadaan di tubuhku mulai memburuk, akhirnya ak mendatangi si satpam dengan tertatih-tatih (lebay...), dan bertanya mengenai uang ku itu. Dia lantas meminta aku menunjukan buku tabungan yang sudah jadul tersebut, tak disangka, dia ikutan kaget juga, dia bilang "wah ini buku tabungan lama banget ya?". He... ak cuma bisa ikutan senyum aja deh, lalu dia ke dalam, tak beberapa lama kemudian dia keluar lagi dan cukup bilang "mba, uangnya masih ada, tapi kalau mau tutup tabungan harus sama ibu, soalnya yang ttd disini kan ibu".

Ha dan akhirnya ak pergi meninggalkan bank A dengan ekspresi yang ....

Senin, 04 April 2011

Raiser Cibining Kian Tenggelam Ditengah Pasar Ikan Jembatan

Raiser merupakan tempat membesarkan dan mengembangkan ikan hias air tawar terbesar dan satu-satunya di Indonesia. Diresmikan oleh Mantan Presiden Megawati Soekarno Putri pada tanggal 14 Maret 2004.

Raiser ini beridiri di daerah Cibinong, tepatnya berada di Jalan Raya Bogor kilometer 47, dengan luas lima Ha, atau 17,6 hektar yang berisi ratusan bak dan akuarium yang dapat menampung lebih dari dua juta ekor ikan hias air tawar dari berbagai jenis.

Raiser ini sebenarnya berfungsi untuk menampung produksi ikan hias, membudidaya, memasok eksportir, sekaligus sebagai stok nasional yang berfungsi sebagai bufer harga ikan hias indonesia.

Pada tanggal 11 Desember 2009 lalu, bangunan yang telah menghabiskan kurang lebih Rp 30 milyar ini, sempat mengalami penutupan beberapa gedung, hal ini disebabkan karena tidak banyak memberikan pasokan, saat itu hanya tinggal 35 jenis ikan hias saja, padahal Raiser ini sudah dilengkapi dengan karantina dan laboratorium untuk ekspor serta gedung pameran (Kompas.com)

Pada tahun 2009, pengunjung yang mengunjungi raiser mulai berkurang menurut kompas.com pameran ikan hias yang diadakan di raiser ini hanya diadakan dua kali saja. Hal ini disebabkan tidak adanya regulasi ekspor ikan hias yang mengatur standar komoditas layak ekspor yaitu mengenai ukuran, kualitas, dan warna ikan hias.

Keinginan dari para pengurus raiser ini sebenarnya adalah membentuk komisi ikan hias seperti peneliti, pembudidaya, dan eksportir ikan hias, kendalanya lagi-lagi adalah karena dananya tidak ada. Menurut para penjaganya kemungkinan anggaran untuk pembentukan komisi ikan hias ini mencapai Rp 175 juta. menurut pelaksana harian saat itu Aszmir Nida, selain kekurangan dana mereka juga mengaku adanya kesulitan berkoordinasi dengan pemerintah asosiasi dan pelaku usaha

Kendati demikan, ketika saya berkunjung ke raiser tadi pagi (3 April 2011), nampak berjajar beberapa pedagang ikan hias yang sedang menjajakan dagangannya, sayangnya ketika saya tanyakan kembali apakah para pedagang tersebut merupakan bagian dari raiser, ternyata mereka bukan dari raiser melainkan dari Dinas perikanan dan Peternakan Kota Bogor, sedangkan pameran raisernya sendiri berada di dalam gedung.

Apabila dilihat dari gedungnya sendiri, jujur saja saya katakan bahwa tempat tersebut lebih baik dikatakan sebagai tempat penelitian bila dibandingkan untuk tempat perdagangan ikan hias terbesar. Memang luasnya sangat besar, namun bila dilihat dari arsitektur gedungnya lebih mirip dikatakan sebagai tempat penelitian, mungkin itu sebabnya masyarakat kota Bogor sendiri tidak terlalu tertarik atau bahkan mereka tidak tau ada tempat ikan hias terbesar di dekat mereka.

Bila dibandingkan dengan pedagang dari pemda yang berjualan di jembatan depan raiser, saya melihat sendiri bahwa pengunjungnya lebih banyak yang berada di jembatan bila dibandingkan dengan pengunjung raiser, Hal ini sangat disayangkan, menurut beberapa sumber juga, untuk pengelolaan raiser ini memang masih kurang, seharusnya untuk bangunan yang sudah menghabiskan uang milyaran ini pemerintah bisa lebih detil lagi, sayang, bangunan yang sudah jadi dan seharusnya berguna saat ini, malah kalah saing dengan pasar ikan yang hanya berada di Jembatan Raiser sendiri.