Sabtu, 06 Desember 2008

Love story about me and RIO

Waktu kecil aku selalu bertanya-tanya, seperti apa sih perasaan jatuh cinta itu, yang menurut orang dewasa jatuh cinta berjuta-juta rasanya...benarkah? aku sungguh penasaran seperti apakah rasa itu?

Saat itu aku berusia 12 tahun aku baru akan masuk SLTP (masih kecil sekali ya?)Aku bertemu dengannya pertama kali saat teman-teman di rumahku mengajak aku bermain badminton di depan rumahku. Saat itu memang sedang masa libur, jadi saat RIO memang dalam keadaan liburan di rumah saudaranya yang tak lain adalah tetanggaku.

RIO, berkulit putih, pertama kali aku lihat dia, aku selalu bertanya-tanya, ko ternyata ada ya cwok yang kulitnya putih banget. Well lelaki di rumahku rata-rata berkulit sawo matang, kalaupun ada yang putih...rasanya sih tidak ada yang seputih dia, saudaranya saja yang juga adalah tetanggaku tidak berkulit putih seperti warna kulitnya.

Aku pertama kali bertemu dengannya saat sedang mencari kucingku yang hilang. Keluargaku terutama ibu sangat suka kucing, bahkan dulu temanku ada yang memberi hadiah kucing betina padaku karena mereka tau aku sangat suka kucing hehehe.... pada saat itu kucingku yang bernama Cimot hilang. Pada saat sedang asik mencarinya, dia keluar dari pagar rumah tetanggaku dan langsung menyapaku.

”cari apa?” tanyanya

”kucing, kucing ku hilang, lihat?” kataku, dalam hati sih aku bertanya, siapa dia?

”oh warna apa kucingnya?” tanyanya sambil langsung keluar dari pagar rumah.

”kuning” kataku lagi sambil celingak-celinguk mencari Cimot.

Tiba-tiba dia langsung menunjuk pada tong sampah dekat rumah saudaranya. ”itu bukan?”

”oh iya....bener....” aku langsung menghampiri Cimot dan menggendongnya, saat itu aku sama sekali tidak terlalu memperhartikan wajahnya dan langsung mengucapkan ”makasih ya” sambil berlari meninggalkannya.

Keesokan harinya aku mendengar suaraku dipanggil-panggil dari luar rumah. ”siapa yang manggil kamu tuh” teriak bapakku. Aku langsung berlari keluar rumah. Ternyata RIO sudah berada di depan rumahku bersama mas Danang (saudaranya) dan mengajakku bermain sepeda.

”kenapa ga nanti sore aja mas?” tanya ku, (karena dia datangnya siang kan panas), sekarang panas banget aku ga boleh keluar sama ibu, nanti sakit”

RIO langsung turun dari sepedanya. ”kalau aku yang minta izin sama ibu mu?”

Aku kaget banget, baru kali ini ada cwok yang mau ngajak main tapi mau juga minta izin ke ibuku (ibuku biasanya agak galak sama teman-temanku, apalagi kalau mereka ngajak main siang, maklum aku kan anak satu-satunya, perempuan lagi).

”emang kamu berani?” tanyaku ragu.

RIO tersenyum. ”kamu nantang aku?”. dan langsung mendorong pagar rumah yang memisahkan kami, lalu masuk ke dalam rumahku dan menemui ibuku. Aku langsung melirik mas Danang, yang langung menjawabnya dengan menaikan bahunya (tanda dia tidak tahu).

Tidak lama kemudian dia keluar dari rumahku dan tersenyum padaku. ”kata ibumu, kamu ga boleh keluar dari rumah kalau siang gini” aku langsung lemas, namun dia melanjutkan ”tapi karena ga boleh aku mau ngobrol aja sama kamu dirumah ini, dan kata ibumu aku boleh hehe...”

Akhirnya siang itu aku ditemani oleh dua cowok yang lumayan lucu. Dan mungkin sejak itulah aku mulai menyukainya. Hingga pada suatu hari, ketika hari Jumat, aku kehilangan Cimot lagi dan berlari keluar untuk mencarinya. Saat itu siang hari dan laki-laki seharusnya sholat Jumat, tapi aku melihat RIO keluar rumah dan berlari menghampiriku.

”si Cimot hilang lagi ya?”

Aku mengangguk, “ko kamu ga sholat Jumat sih”

”oh aku kan bukan orang Islam, kamu juga ga?”

”aku kan perempuan... oh kamu bukan orang islam ya?” kataku sambil memandangnya.

”emang kenapa?” tanyanya

”gak papa...” tapi sempat dadaku seperti terasa teriris sakit sekali... kenapa ya?

Pada akhirnya Cimot diketemukan lagi oleh RIO, entahlah sepertinya Cimot sudah deket banget sama RIO deh. Tapi saat itu perasaanku sudah berubah padanya. Dan sepertinya teman-teman seumuran dengaku mulai menyadarinya juga.

Kata orang dimana ada pertemuan, pasti akan ada perpisahan... begitu juga dengan aku dan RIO. Pada akhirnya liburan akan berakhir, dan RIO juga harus kembali ke kotanya di Bekasi...dan akan meninggalkan ku untuk selamanya...saat itu aku benar-benar sedih...

Ketika RIO mau kembali ke rumahnya. Beberapa temanku datang kerumah menyampikan bahwa RIO mau pulang. Tapi aku terlalu sedih...hatiku terasa tercabik-cabik dan bingung...antara sedih, dan kesal...kenapa rumah RIO jauh?

”Irma....Irma....katanya RIO mau pulang tuh?” kata ibuku sambil tiba-tiba masuk ke kamarku. Aku hanya semakin menenggelamkan wajahku ke bantal. ”loh kenapa kamu? Sakit” tanya ibuku cemas.

”ga ko bu...ga papa...aku cuma ga mau ketemu RIO aja...” kataku sambil terisak-isak.

”loh kenapa?, bukannya RIO itu sahabat kamu?” tanya ibuku heran. Dulu ia dia memang sahabatku, tapi kyaknya sekarang perasaanku lebih dibandingkan dengan sahabat. Aku ga mau RIO pergi...tangisku semakin kencang saja.

”ma...” tiba-tiba RIO sudah ada disampingku entah kapan datangnya.

Aduh...mataku lagi jelek banget nih...masa dia harus lihat aku dengan tampang kyak gini sih? Dia memanggilku lagi, kali ini bahkan dengan bisikan yang lebih keras lagi. Ibu kemana sih? Kenapa dia ga diusir aja? Akhirnya aku menyerah dan memalingkan mukaku padanya.

”aku suka kamu ma...” kata RIO tiba-tiba ketika aku menoleh padanya. Aku langsung bengong. Tidak tahu harus bicara apa.

”aku....aku....juga suka sama RIO tapi RIO kan harus pergi, pulang” kataku sambil duduk dan tangisku semakin meledak lagi.

RIO langsung memelukku...”IRMA...aku kan ga pergi untuk selamanya...kamu kan bentar lagi mau masuk ke SLTP terus aku juga masih harus nerusin sekolahku ke tingkat SLTA, emang kamu mau punya pacar yang ga berpendidikan?” tanya RIO

Aku hanya menggeleng. RIO mendorongku dari pundaknya dan sambil memegang bahuku dia berkata ”tiap liburan sekolah aku janji akan selalu ke tempat mu... kita telp dan sura-suratan aja ya...”

”RIO... Ibumu sudah manggil tuh” kata ibuku dari pintu. RIO langsung melihatku dan mengusap air mata yang jatuh di pipiku. ”dah jangan nangis lagi....aku ga mau pas kita harus pisah kamu malah nangis...ga bagus kan untuk dikenang?” kata RIO sambil tersenyum. Dan akhirnya akupun memaksakan diriku untuk tersenyum.

Namun, janji tinggallah janji....selepas RIO pergi....akupun masuk ke SLTP, tidak disangka aku malah diterima di SLTP milik bibiku, jadi kata ibu aku harus sekolah kesana, dan kembali aku berpisah dengan teman-temanku di rumah. Aku sempet berkirim surat dan mengabarkan pada RIO kalau aku akan bersekolah di Cikarang, yang katanya berdekatan dengan Bekasi.

Akhirnya... RIO pernah menelepon aku...tapi sayangnya hubungan kami dihalangi terus oleh nenek sepupuku... hingga akhirnya RIO tidak berani menelepon ku lagi, setiap kali aku mencoba untuk menghubunginya ia tidak pernah menjawabnya. Sempat aku meminta tolong pada mas Danang untuk meminta no telpnya tapi entah mengapa keluarganya tidak memberikan nomor-nya. Ibuku yang tadinya suka padanya pun tiba-tiba jadi tidak suka, ia mengatakan bahwa aku tidak boleh dekat dengan RIO karena perbedaan yang sulit untuk digantikan yaitu AGAMA!!!!! Urgh....putus lah kisahku dengan RIO.

Bubarnya hubunganku dengan RIO, memberikan dampak yang lumayan besar bagiku, tidak mudah juga aku untuk melupakannya. Sungguh bukan hal yang mudah... aku jadi menyesal bahwa dulu aku pernah meminta pada tuhan untuk mengetahui seperti apa sih cinta itu? Pertama kali bertemu begitu menyenangkan, tapi setelahnya malah menjadi semakin menyebalkan dan pada akhirnya menjadi menyakitkan. Akan kah seperti itu terus.

Tidak ada komentar: